Sabtu, 09 Agustus 2014

BAB I
PENDAHULUAN
                                                                                                                  
  1. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu membutuhkan kas yang diperlukan untuk membiayai operasional perusahaan setiap hari maupun untuk ditanamkan dalam bentuk aktiva baru. Di dalam kas terdapat dua aliran yaitu cash inflow dan cash outflow. Cash inflow dapat bersifat tetap (penerimaan dari hasil penjualan tunai, penerimaan dari piutang dagang, dan lain - lain), dan bersifat tidak tetap (penerimaan dari hasil penjualan aktiva tetap, penyertaan modal pemilik, penjualan saham baru, pinjaman dari bank, dan lain - lain). Begitu juga dengan cash outflow dapat bersifat kontinyu (pembelian secara tunai, pembayaran hutang dagang, pembayaran gaji pegawai , dan lain - lain), dan yang bersifat tidak tetap (pembelian aktiva tetap, pembayaran deviden kas, dan lain - lain).
Penerimaan dan pengeluaran kas ini akan terus berlangsung selama perusahaan menjalankan aktivitasnya. Dengan demikian aliran kas itu bagaikan darah yang mengalir dalam tubuh manusia selama manusia itu hidup. Apabila pada aliran darah itu terdapat gangguan maka manusia itu akan mengalami sakit dan apabila hal itu terus berlanjut akan menyebabkan kematian. Begitu pula pada perusahaan, bila gangguan pada kas dibiarkan maka akan dapat menimbulkan kepailitan, karena kegiatan operasional tidak dapat berjalan dengan lancar.
Perusahaan yang masih tergolong baru, mungkin pada periode awal akan banyak menderita kerugian akibat kegiatan operasionalnya. Hal ini disebabkan karena kebutuhan kas yang besar. Dalam periode berikutnya arus kas mulai memberikan arah positif dan diharapkan pada tahap ini kas dapat digunakan untuk membayar semua kewajiban finansialnya. Makin besar saldo kas yang terdapat di perusahaan, maka dimungkinkan perusahaan laba akan usahanya.
Laba perusahaan yang masih baru dapat ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah arus kas yang cukup tinggi / lancar, pemilihan lokasi yang tepat, mampu bersaing di pasaran. Faktor yang paling dominan dalam laba adalah jumlah arus kas yang besar dan setiap periodenya dapat mengalami peningkatan. Sehingga dengan jumlah kas yang tinggi, produktifitas juga akan meningkat dan perusahaan akan memperoleh Laba.
Untuk itu seorang manajer keuangan harus dapat melaksanakan operasional perusahaan dengan jumlah kas yang seefisien mungkin. Selain itu perusahaan harus mempunyai persediaan uang tunai atau sesuatu yang dapat segera ditukar dengan uang tunai untuk memenuhi kewajiban - kewajiban finansialnya yang telah jatuh tempo dan untuk membiayai pengeluaran - pengeluaran yang tidak terduga.
Besarnya saldo kas menentukan tingkat likuiditas suatu perusahaan, yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansialnya atas semua hutang lancarnya. Makin besar saldo kas yang terdapat dalam perusahaan maka tingkat laba akan semakin meningkat, dengan catatan jumlah hutang lancarnya tetap atau meningkat relatif kecil bila dibandingkan dengan pertambahan jumlah uang kas. Tetapi perlu diperhatikan bahwa dengan jumlah uang kas yang tertanam dalam perusahaan sangat besar akan menambah beban bagi perusahaan, karena sifat kas yang tidak produktif, mudah dipindahkan, bentuknya kecil, dan selain itu resiko yang cukup besar adalah adanya dana kas yang menganggur akan memperkecil tingkat profitabilitas perusahaan. Sebaliknya apabila perusahaan hanya mengejar profitabilitas saja dan berusaha agar semua dana kas dapat berputar tanpa memperhatikan jumlah saldo kas, maka akan membawa perusahaan pada situasi mengalami kerugian.
Dalam kondisi yang tidak menguntungkan ini kemunkinan untuk tetap melanjutkan produksinya akan semakin sulit, dan tidak mustahil jika perusahaan tersebut akan menghentikan produksinya bahkan perusahaan bisa jadi gulung tikar.
Karena sudah tidak memenuhi faktor - faktor dan syarat - syarat dalam laba suatu usaha yang disebabkan adanya cash flow yang berfluktuasi / berubah - ubah dalam setiap periodenya untuk perusahaan yang masih baru diharapkan dapat menentukan langkah apa yang akan diambil selanjutnya agar perusahaan mampu menilai laba usahanya di masa yang akan datang agar tetap bertahan dan berkembang lebih luas. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tartarik untuk mengambil judul “Analisis Cash Flow Sebagai Alat Untuk Menilai Laba pada Warnet Asnet Kediri”.

  1. Identifikasi Masalah
Dalam suatu perusahaan seorang manajer keuangan harus dapat melaksanakan operasional perusahaan dengan jumlah kas yang seefisien mungkin. Selain itu perusahaan harus mempunyai persediaan uang tunai atau sesuatu yang dapat segera ditukar dengan uang tunai untuk memenuhi kewajiban - kewajiban finansialnya yang telah jatuh tempo dan untuk membiayai pengeluaran - pengeluaran yang tidak terduga.
Besarnya saldo kas menentukan tingkat likuiditas suatu perusahaan, yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansialnya atas semua hutang lancarnya. Makin besar saldo kas yang terdapat dalam perusahaan maka tingkat kelayakan perusahaan semakin meningkat untuk mengembangkan usahanya.
Apabila kas keluar lebih kecil dari pada kas masuk maka perusahaan memperoleh laba, dan sebaliknya apabila kas yang keluar lebih besar dari pada kas masuk maka akan rugi, apabila hal ini terjadi terus menerus perusahaan akan menjadi gulung tikar.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :
  1. Apakah dengan analisis cash flow dapat digunakan sebagai alat untuk menilai Laba pada Warnet Asnet Kediri?
  2. Cara apa yang akan dilakukan manajemen agar aliran kas yang ada di perusahaan tetap stabil bahkan meningkat terus?

C. Batasan Masalah
Laba dalam mengembangkan dan memperluas jaringan usahanya di masa mendatang sangat dipengaruhi oleh besarnya cash flow yang diperoleh dalam setiap periodenya. Untuk itu seorang manajemen dituntut untuk dapat memberikan taksiran cash flow yang ada di perusahaan agar dapat memberikan keputusan penilaian Laba di masa mendatang.
Sehubungan dengan makin meluasnya masalah yang berkaitan dengan penilaian Laba di masa mendatang yang ada di perusahaan dan agar dapat lebih terarah pembahasannya sehingga tidak terjadi salah penafsiran, selanjutnya penyusunan skripsi ini akan dibatasi pada analisis cash flow bagi manajemen sebagai alat untuk menilai Laba pada Warnet Asnet Kediri, dan data yang diambil tahun 2008, 2009, dan 2010.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah penelitian yang ada adalah “apakah analisis cash flow dapat digunakan sebagai alat untuk menilai Laba pada Warnet Asnet Kediri?”.

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah analisis cash flow dapat digunakan sebagai alat untuk menilai Laba pada Warnet Asnet Kediri.

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pemecahan masalah serta merealisasikan tujuan yang telah dikemukakan di atas. Oleh karena itu penelitian dan penyusunan skripsi ini memiliki banyak manfaat, antara lain:
1. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman serta penerapan ilmu pengetahuannya dalam dunia usaha yang berkaitan dengan cash flow yang ada di perusahaan untuk mencapai tingkat laba usaha.
2. Bagi Perusahaan
a. Dapat membantu perusahaan dalam manajemen kas yang efektif dan efisien.
b. Memberikan informasi pada perusahaan mengenai pengaruh kas terhadap tingkat likuditas untuk memperoleh kelayakan meneruskan usahanya.
c. Sebagai bahan pertimbangan atau masukan dalam pengambilan keputusan mengenai cash flow atau aliran kas untuk menilai laba usaha di masa yang akan datang.
3. Bagi Lembaga
Dapat digunakan untuk menambah perbendaharaan kelengkapan perpustakaan dan tambahan referensi tentang analisis cash flow sebagai alat untuk menilai laba usaha, terutama mereka yang akan melakukan penelitian dengan obyek yang sama.





















BAB II
KAJIAN TEORI

A. Cash Flow
1. Pengertian Kas
Kas mempunyai kedudukan yang paling penting dalam menjalankan operasional perusahaan. Setiap transaksi baik transaksi pembelian maupun transaksi penjualan lebih banyak berhubungan dengan kas, sehingga kas mempunyai sifat terpenting apabila dibandingkan dengan aktiva lainnya. Untuk mengetahui masalah kas perlu diketahui apa yang dimaksud dengan kas. Para ahli memberikan definisi yang berbeda - beda namun mempunyai pengertian yang sama.

Menurut Zaki Baridwan (1992:85) :
Kas adalah aktiva yang tidak produktif oleh karena itu harus dijaga supaya jumlah kas tidak terlalu besar sehingga tidak ada “idle cash“. Kas adalah alat pertukaran yang dapat diterima untuk pelunasan hutang dan dapat untuk disetorkan ke bank dengan jumlah sebesar nilai nominalnya, juga simpanan di bank atau tempat lain yang sewaktu - waktu dapat diambil.

Menurut Bambang Riyanto (1995:94) :
Kas adalah salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi likuiditasnya. Makin besar jumlah kas yang ada di dalam perusahaan berarti perusahaan mempunyai resiko lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya.

Sedangkan menurut Soegeng Soetedjo (1987:69), kas adalah uang kas atau item yang segera dapat digunakan oleh perusahaan sebagai alat pembayaran yang setiap saat dapat digunakan sesuai  nominalnya.


Dari pengertian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kas merupakan salah satu unsur modal kerja yang mempunyai tingkat likuiditas paling tinggi bila dibandingkan yang lainnya. Oleh karena itu perusahaan dalam menggunakan kas perlu adanya suatu pertimbangan mendetail agar tidak mengganggu likuiditasnya. Selain itu kas merupakan alat tukar menukar, karena dalam opersionalnya hampir semua transaksi berhubungan dengan kas baik secara langsung maupun tidak langsung.

2. Pengertian Cash Flow
Dalam suatu perusahaan arus  kas memilki kedudukan yang sangat penting, sebab pengeluaran dan penerimaan hasil operasional perusahaan yang akan datang selalu dinyatakan dalm bentuk arus kas.
Penilaian kelayakan suatu usaha juga didasarkan atas perbandingan arus kas masuk dan arus kas keluar dan bukannya dalam wujud laba menurut pandangan akuntansi.
Tujuan utama dari perusahaan adalah adanya perkembangan usahanya untuk masa yang akan datang, untuk itu bagian manajemen dituntut agar mampu melakukan pendugaan arus kas di masa yang akan datang tersebut dengan cermat dan tepat. Jika taksiran arus kas yang akan datang tersebut akurat, maka kesimpulan yang ditarik berdasarkan data arus kas yang dinyatakan juga akan menjadi akurat pula. Demikian pula sebaliknya, jika arus kas yang diestimasikan tidak cermat, maka keputusan yang diambil berdasarkan data arus kas yang dinyatakan itu juga turut menjadi tidak akurat pula, dan pada gilirannya akan mempengaruhi Laba dan pertumbuhan perusahaan di masa mendatang.
Yang menjadi pertanyaaan sekarang, apakah arus kas itu?. Beberapa pendapat tentang arus kas yang dikemukakan oleh para ahli dalam buku Penilaian Kelayakan Rencana Modal karangan Salim Basalamah, Murdifin Haming, dan Syafri Syam (1994:42), yaitu :
Menurut Graham Mott (1985), menyatakan “bahwa istilah arus kas biasa digunakan untuk menjelaskan laporan keuangan, yaitu laba operasi setelah dikurangi dengan pajak dan pembayaran deviden, dengan menambahkan kembali beban penyusutan untuk tahun yang bersangkutan”.
Menurut Lerner (1971), “arus kas adalah pertambahan atau peningkatan jumlah kas yang dihasilakan melalui kegiatan operasi selama waktu tertentu, terdiri atas laba sesudah pajak ditambah dengan jumlah penyusutan, sedangkan rekening utang dan harta tetap tidak berubah”.
Dari kedua definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa arus kas adalah bertambahnya jumlah kas dari hasil kegiatan operasi yang berupa laba yang ditambahkan beban penyusutan kemudian dikurangi dengan pajak.
Arus kas sesudah pajak dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal perusahaan. Faktor internal terutama berkaitan denagn efisiensi yang ada dalam perusahaan. Sedangkan faktor eksternal sangat erat kaitannya dengan faktor ketidakpastian di masa mendatang, serta adanya faktor inflasi. Sehubungan dengan itu dalam estimasi arus kas, faktor ketidakpastian dan faktor inflasi ini harus diperhitungkan dengan cermat dan teliti untuk menghindari kepailitan dikemudian hari.
Laporan manajemen tentang arus kas mempunyai arti penting dalam penilaian kelayakan suatu usaha, sebab laporan arus kas tersebut akan menjadi bahan pertimbangan dan tolak ukur dalam penilaian terhadap Labadi masa mendatang.
Untuk menentukan jumlah kas yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan, belum ada standart rasio yang bersifat umum. Namun dapat dipakai suatu cara untuk membandingkan jumlah penjualan netto dengan rata - rata kas yang akan menentukan tingkat perputaran kas ( cash turn over ). Semakin tinggi tingkat perputaran kas semakin baik, karena makin tinggi tingkat efisiensi penggunaan kasnya. Akan tetapi perputaran kas yang terlalu tinggi juga tidak baik, karena hal ini berarti jumlah kas yang tersedia terlalu kecil. Pada kas terdapat safety cash balance ( persediaan besi kas ).
Adapun persediaan besi kas menurut Bambang Riyanto (1995:95), “adalah jumlah minimum dari kas yang harus dipertahankan oleh perusahaan agar dapat memenuhi kewajiban finansialnya sewaktu - waktu”.
Persediaan besi ini merupakan unsur permanen dari kas. Besarnya persediaan besi ini antara perusahaan satu dengan yang lain berbeda.
Adapun yang mempengaruhi besar kecilnya persediaan besi kas menurut Bambang Riyanto (1995:96) :
a. Pertimbangan antara aliran kas masuk dengan aliran kas keluar.
Adanya pertimbangan yang baik mengenai kuantitas maupun timing antara cash inflow dengan cash outflow dalam suatu perusahaan yang berarti bahwa pengeluaran kas baik mengenai jumlahnya maupun mengenai waktunya akan dapat dipenuhi dari penerimaan kasnya. Sehingga perusahaan tidak perlu mempunyai persediaan besi kas yang besar.
b. Penyimpangan terhadap aliran kas yang diperkirakan.
Penyimpangan yang dimaksud adalah penyimpangan yang merugikan dalam aliran kas masuk misalnya terjadi karena kegagalan untuk memenuhi kewajiban finansialnya. Perusahaan yang sering mengalami penyimpangan yang merugikan dalam aliran kasnya perlu mempertahankan adanya persediaan besi kas yang relatif besar.
c. Adanya hubungan yang baik dengan pihak bank - bank.
Adanya hubungan baik dengan lembaga - lembaga keuangan khususnya dengan bank, akan sangat penting artinya bagi perusahaan. Apabila mempunyai hubungan baik dengan bank akan mempermudah untuk mendapatkan kredit dalam menghadapi kesulitan finansialnya.

3. Klasifikasi Cash Flow
Arus kas yang ada di perusahaan dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai macam penggolongan menurut dari sudut mana arus kas tersebut akan diamati.
Menurut Salim Basalamah, Murdifin Haming, Syafri Syam (1994:49):
A. Klasifikasi arus kas menurut jenis transaksi
Dilihat dari sudut pandang ini, arus kas dibedakan ke dalam arus kas masuk (cash inflow) dan arus kas keluar (cash outflow).
1. Arus kas masuk (cash inflow)
Arus kas masuk yaitu arus kas yang terjadi akibat kegiatan operasional yang ada pada perusahaan yang dapat menghasilakan keuntungan atau laba.             Menurut Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield (1995:270) penerimaan kas dapat berasal dari:
a. Kas yang ditagih dari pelanggan (mencakup para lessee / penyewa)
b. Bunga dan deviden yang diterima.
c. Penerimaan kas operasi lainnya, jika ada.
Sedangkan arus kas masuk menurut Salim Basalamah, Murdifin Haming, Syafri Syam (1994:49) ada tiga macam, yaitu :
a. Penerimaan hasil penjualan keluaran (revenue)
b. Penerimaan hasil penjualan aktiva tetap yang disisihkan dari penggunaan, dan
c. Nilai sisa proyek, yaitu nilai aktiva tetap yang diterima kembali pada akhir usia ekonomis.
Namun unsur yang paling utama di dalam arus kas masuk hanya penerimaan hasil penjualan produknya saja.

2. Arus kas keluar (cash outflow)
Arus kas keluar yang menyebabkan berkurangnya jumlah kas yang ada pada perusahaan, misalnya biaya produksi, biaya administrasi, serta biaya pajak atau arus kas yang mengakibatkan beban pengeluaran kas. Contoh pengeluaran arus kas menurut Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield (2002:397):
a. Kas yang dibayarkan kepada karyawan dan pemasok atas barang serta jasa yang diterima ( termasuk pemasok asuransi, iklan, dan lain - lain ).
b. Bunga yang dibayarkan
c. Pajak penghasilan yang dibayar
d. Pembayaran kas operasi lainnya, jika ada.
Sedangkan menurut Salim Basalamah, Murdifin Haming, Syafri Syam (1994:49) yang termasuk arus kas keluar, yaitu :
a. Pengeluaran investasi
Yaitu beban pengeluaran kas untuk membelanjai kegiatan pembangunan
b. Pengeluaran investasi baru
Yaitu beban pengeluaran kas yang bertujuan untuk membiayai keperluan investasi baru, seperti keperluan ekspansi, peningkatan efisiensi proses produksi
c. Pengeluaran operasi
Yaitu pengeluaran kas untuk membelanjai kegiatan operasi perusahaan.
d. Pengeluaran non operasi
Yaitu pengeluaran kas untuk membiayai kegiatan non operasi, seperti biaya manajemen, biaya riset, biaya pajak, cicilan pinjaman, beban bunga.
B. Klasifikasi arus kas menurut sifatnya
Menurut Salim Basalamah, Murdifin Haming, dan Syafri Syam (1994:50) membagi penggolongan arus kas menurut sifatnya menjadi tiga, antara lain :
1. Arus kas bruto
Yaitu arus penerimaan kas total sebelum diperhitungkan beban pengeluaran kas (gross benefit). Arus kas ini juga disebut arus kas kotor.
2. Arus kas bersih
Yaitu arus kas bruto setelah dikurangi beban arus kas keluar, berupa biaya operasional dan biaya administrasi.
3. Arus kas bersih sesudah pajak
Yaitu arus kas bersih setelah diperhitungkan pajak kemudian ditambah penyusutan aktiva tetap.
Untuk mendapatkan nilai arus kas bersih sesudah pajak dapat digunakan suatu bagan arus kas menurut Salim Basalamah, Murdifin Haming, Syafri Syam (1994:43) :

laba bersih sesudah pajak (EAT) dihitung menurut prinsip akuntansi :
NICF = EAT + Depreciation ( 1 - t ) x Interest

Keterangan :
NICF = arus kas bersih sesudah pajak
EAT = laba bersih sesudah pajak (Earning After Tax)
Depreciation = penyusutan
t = tingkat pajak
Interest = bunga
C. Klasifikasi kas menurut saat terjadinya
Menurut Salim Basalamah, Murdifin Haming, Syafri Syam (1994:50) mengklasifikasikan arus kas menurut saat terjadinya menjadi :
1. Arus kas inisial (Initial cash flow)
Arus kas yang terjadi pada awal kegiatan operasional dan yang terjadi hanya arus kas keluar saja. Hal ini disebabkan karena baru dimulainya kegiatan operasional perusahaan, sehingga sering disebut initial cash out flow.
2. Arus kas berjalan (intermediate cash flow)
Arus kas yang terjadi selama kegiatan operasional berlangsung, yaitu sejak dimulaianya proses produksi sampai menghasilkan keluaran. Pada saat ini yang terjadi adalah arus kas keluar dan arus kas masuk.
3. Arus kas terminal (terminal cash flow)
Yaitu arus kas yang terjadi pada akhir kegiatan sehingga pada tahap ini yang terjadi adalah adanya arus kas masuk yang diperoleh dari penjualan produknya dan modal kerja.

4. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Arus Kas
Kelayakan suatu usaha untuk kelangsungan hidup perusahaan untuk masa yang akan datang dapat dinilai menurut arus kas yang diestimasikan pada saat sekarang, yaitu evaluasi kelayakan yang dilakukan oleh manajemen. Oleh karena itu arus kas yang dipergunakan sebagai landasan kebijaksanaan dalam mengembangkan usahanya atau menutup usahanya berdasarkan estimasi arus kas pada periode yang akan datang. Maka manajemen harus dapat memperhitungkan berbagai macam faktor yang memiliki dampak terhadap perubahan arus kas dalam waktu yang akan datang.
Menurut Salim Basalamah, Murdifin Haming, Syafri Syam (1994:51) menyebutkan bahwa faktor - faktor yang mempengaruhi arus kas tersebut dapat terbagi dalam dua faktor, yaitu :
1. Faktor internal
Faktor internal perusahaan yang memiliki dampak kepada arus kas ialah yang berkenaan dengan efisiensi kegiatan perusahaan seperti:
a. Produktifitas tenaga kerja
b. Faktor teknis tenaga produksi
c. Tata letak bangunan
d. Metode produksi yang digunakan
e. Kualitas manajerial
2.  Faktor eksternal
a. Faktor ketidakpastian
b. Faktor inflasi
Dalam memprediksi dan mentargetkan arus kas yang dicapai pertahun mungkin tidak akan pernah menemukan kecocokan dengan yang dianggarkan. Karena dalam setiap tahun selalu mengalami perubahan dalam segala hal baik dari dalam perusahaan atau dari luar perusahaan. Estimasi terhadap arus kas yang berorientasi kemasa mendatang, sedangkan di masa mendatang penuh dengan ketidakpastian dan tidak terduga sebelumnya, sehingga akan mempengaruhi keakuran estimasi arus kas. Karena nilai uang untuk periode yang akan datang selalu berubah tergantung kebijaksanaan moneter dan faktor inflasi yang pasti terjadi. Dimana pada saat itu semua nilai dari uang mengalami pergantian harga yang cenderung akan mengalami peningkatan nilai mata uang. Sebagai akibatnya arus kas yang dilaporkan akan memiliki perbedaan dengan nilai nyatanya.
Untuk itu di dalam menilai dan menaksir target arus kas yang akan datang, manajemen harus membuat estimasi anggaran arus kas tersebut dengan memperhatikan faktor internal dan faktor eksternal, guna mendapatkan estimasi arus kas yang tidak muluk - muluk (over estimasi). Sehingga pada gilirannya dalam beroperasi dapat tercapai efisiensi dan keefektifan yang kemudian dapat tercipta suatu kondisi seperti yang dikemukakan oleh Salim Basalamah, Murdifin Haming, Syafri Syam (1994:52) :
a. Tepat jumlah (sesuai volume yang dianggarkan)
b. Tepat mutu (sesuai desain yang telah ditentukan)
c. Tepat biaya (sesuai dengan rancangan harga pokok yang dianggarkan)
d. Tepat waktu (segalanya sesuai dengan skedul yang sudah disusun)

5. Budget Kas
Menurut Alex S. Nitisemito (1994:111), “budget kas adalah ramalan tentang pemasukan dan pengeluaran kas untuk masa - masa yang akan datang sehingga dapat diketahui kapan akan terjadi defisit”.
Menurut Indriyo Gitosudarmo (1986:129), “budget kas adalah merupakan ramalan ke depan terhadap posisi kas untuk periode tertentu. Perusahaan sering membuat rencana - rencana jangka pendek dan jangka panjang terhadap kebutuhan finansialnya, rencana - rencana jangka pendek harus dikoordinasikan dengan rencana - rencana jangka pendek lainnya”.
Sedangkan menurut Bambang Riyanto (1995:97), “budget kas adalah estimasi terhadap posisi kas untuk suatu periode tertentu yang akan datang”.
Dari definisi tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa anggaran kas atau budget kas merupakan gambaran aliran kas yang akan dibutuhkan di masa yang akan datang pada periode tertentu. Perlu diketahui bahwa budget kas, operasinya dipisahkan dengan transaksi usaha. Transaksi usaha adalah transaksi yang dapat menimbulkan penerimaan dan pengeluaran, serta terjadinya ini disebabkan oleh adanya usaha untuk memperbaiki posisi kas.
Budget merupakan suatu rencana perusahaan untuk jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. Budget merupakan salah satu pendekatan formal dan sistematis dari pelaksanaan dan tanggung jawab manajemen dalam pelaksanaannya. Dalam perusahaan yang cukup besar pimpinan harus mendelegasikan penyusunan budget walaupun tanggung jawab terakhir tetap berada ditangan pimpinan, dan bagian yang menangani budget ini berkedudukan sebagai staf.
Berkaitan dengan masalah di atas maka penyusunan budget kas merupakan fase yang vital dalam manajemen yang harus didasarkan pada perkiraan dan perhitungan yang matang, baik mengenai penerimaan atau pengeluaran.
Budget kas berfungsi sebagi alat untuk mengendalikan dan dapat sebagai kontrol terhadap pelaksanaan dari rencana yang telah digariskan oleh manajemen. Jadi budget kas ini sebagai pedoman dalam pemberian arah, tetapi tidak dapat mencegah adanya penyimpangan.
Beberapa variasi dalam menyusun budget kas menurut Syafaruddin Alwi (1993:30):
1. Cash Inflow
Bagian pertama ini mengidentifikasikan sumber - sumber penerimaan, jumlah dan waktu dari semua cash inflow yang diantisipasikan ke dalam setiap periode. Periode boleh disusun dalam hari, bulan atau tahun. Penerimaan kas dihasilkan dari:
a. Penjualan tunai dan kredit
b. Penjualan aktiva tetap
c. Pendapatan bunga
d. Pendapatan sewa
e. Serta pendapatan lainnya

2. Cash Outflow
Bagian kedua dari budget kas pengidentifikasian semua cash outflow yang diantisipasikan, antara lain :
a. Pembelian tunai, seperti bahan baku, alat - alat atau aktiva
b. Pembayaran hutang - hutang atau bunga
c. Pembayaran gaji dan upah
d. Asuransi, pajak serta biaya - biaya operasi
e. Pembayaran deviden
f. Serta pengeluaran lainnya

6. Laporan Arus Kas
Menurut WIT  dan Erhans (2000:42), “laporan arus kas adalah laporan yang memuat informasi yang mengenai ringkasan penerimaan dan pengeluaran kas suatu badan usaha yang terjadi selama satu periode, seperti satu bulan, atau satu semester, atau satu tahun.”
Sedangkan menurut Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield (2002:372), “menyatakan bahwa laporan arus kas melaporkan penerimaan kas, pembayaran kas, dan perubahan bersih kas dari kegiatan operasi, investasi, serta pembiayaan perusahaan selama suatu periode, dalam bentuk yang dapat merekonsiliasikan saldo kas awal dan akhir”.
Laporan arus kas berguna karena dapat memberikan jawaban tentang hal - hal yang berkaitan dengan perubahan saldo kas selama periode tertentu dan untuk memahami apa yang terjadi terhadap sumber daya perusahaan yang paling lancar, yaitu kas. Informasi yang diperoleh dalam suatu laporan arus kas menurut Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield (2002:373) akan berguna untuk investor, kreditur dan pihak lain untuk menilai :
a. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas bersih di masa depan.
b. Kemampuan perusahaan untuk membayar deviden dan memenuhi kewajibannya.
c. Penyebab perbedaan antara laba bersih dan arus kas bersih dari kegiatan operasi.
d. Transaksi investasi dan pembiayaan yang melibatkan kas dan non kas selama suatu periode.
Laporan arus kas mengklasifikasikan penerimaan kas dan pengeluaran kas menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Karakteristik transaksi dan peristiwa lainnya dari setiap jenis kegiatan dalam laporan kas menurut Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield (2002:374) adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan operasi
Melibatkan pengaruh kas dari transaksi yang dilibatkan dalam penentuan laba bersih, seperti penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa, serta pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan untuk memperoleh persediaan serta membayar beban.
b. Kegiatan investasi
Melibatkan aktiva jangka panjang dan mencakup :
1. Pemberian serta penagihan pinjaman.
2. Perolehan serta pelepasan investasi dan aktiva jangka panjang.
c. Kegiatan  pembiayaan

Melibatkan pos - pos kewajiban dan ekuitas pemilik serta mencakup:
1. Perolehan kas dari kreditur dan pembiayaan kembali pinjaman.
2. Perolehan modal dari pemilik dan pemberian tingkat pengembalian atas, dan pengembalian dari, investasinya.
Penentuan arus kas bersih dari aktivitas operasi menurut Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield (2002:379) dapat dilakukan dengan metode langsung dan tidak langsung.
a. Metode langsung
Metode langsung ( juga disebut metode laporan laba - rugi ) melaporkan penerimaan kas dan pengeluaran kas dari kegiatan operasi secara singkat dapat dilakukan seperti contoh berikut :
Kas yang diterima dari pendapatan Rp xxx
Kas yang dibayarkan untuk beban (Rp xxx)
Laba sebelum pajak penghasilan Rp xxx
Kas yang dibayarkan untuk pajak penghasilan          (Rp xxx)
Kas bersih yang diterima dari kegiatan operasi                Rp xxx
b. Metode tidak langsung
Dimulai dengan laba bersih dan mengubahnya menjadi arus kas bersih dari kegiatan operasi. Dengan kata lain metode tidak langsung menyesuaikan laba bersih dari pos - pos yang mempengaruhi pelaporan laba bersih, tetapi tidak mempengaruhi kas.

Laba bersih Rp xxx
Penyesuaian untuk merekonsiliasi laba bersih terhadap
kas bersih yang diterima kegiatan operasi :
Kenaikan piutang usaha (Rp xxx)
Kenaikan hutang usaha Rp xxx
(Rp xxx)
Kas bersih yang diterima dari kegiatan operasi    Rp xxx
Dalam penyusunan laporan arus kas banyak diperlukan informasi - informasi yang berkaitan didalamnya. Sumber - sumber informasi untuk laporan arus kas menurut Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield (2002:389), antara lain:
a. Neraca perusahaan menyediakan informasi dasar untuk menyiapkan  laporan arus kas.
b. Analisis atas akun laba ditahan
c. Laporan arus kas mencakup seluruh perubahan yang mengakibatkan kas atau menimbulkan kenaikan atau penurunan kas
d. Penghapusan, pembebanan amortisasi atau penyusutan aktiva pabrik, dianggap baik sebagai arus kas masuk atau keluar karena tidak berpengaruh terhadap kas.
Adapun masalah - masalah khusus didalam penyusunan laporan arus kas yang ditimbulkan dari penyusunan laporan menurut Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield (2002:398) dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Penyesuaian yang mirip dengan penyusutan
b. Piutang usaha (bersih)
c. Perubahan modal kerja
d. Rugi bersih
e. Keuntungan
f. Opsi saham
g. Biaya tunjangan pensiun
h. Pos - pos luar biasa
i. Transaksi non kas yang berarti










B.     LABA
Indikator kinerja dari suatu perusahaan adalah laba, karena tujuan utama dari kegiatan operasional yang dijalankan oleh perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan sangat bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya.

Menurut Harahap (2005:263) :
laba merupakan angka yang penting dalam laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan.

Belkaoui dalam Chariri dan Ghozali (2000:214) menyebutkan bahwa, Laba memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:
a. Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi
b. Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi perusahaan pada periode tertentu.
c. Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan.
d. Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu.
e. Laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.


Laba terdiri dari empat elemen utama yaitu pendapatan (revenue), beban (expense), keuntungan (gain), dan kerugian (loss). Defenisi dari elemen-elemen laba tersebut telah dikemukakan oleh Financial Accounting Standard Board dalam Stice, Stice dan Skousen (2004 : 230).
a. Pendapatan (revenue) adalah arus masuk atau peningkatan lain dari aktiva suatu entitas atau pelunasan kewajibannya (atau kombinasi dari keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut.
b. Beban (expense) adalah arus keluar atau penggunaan lain dari aktiva atau timbulnya kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut.
c.Keuntungan (gain) adalah peningkatan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik.
d.Kerugian (loss) adalah penurunan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik. Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang memiliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks.
Laba umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi :
a.Pembuatan kebijakan dividen dan penahanan laba suatu perusahaan
b.Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu investasi dan pedoman pengambilan keputusan.
c. Laba dipandang sebagai suatu peralatan prediktif yang membantu
dalam peramalan laba mendatang dan peristiwa ekonomi yang akan datang.


Secara umum laba diklasifikasikan atas empat jenis, yaitu:
a.Laba kotor
Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005:120) laba kotor merupakan “pendapatan dikurangi harga pokok penjualan”. Apabila hasil penjualan barang dan jasa tidak dapat menutupi beban yang langsung terkait dengan barang dan jasa tersebut atau harga pokok penjualan, maka akan sulit bagi perusahaan tersebut untuk bertahan.
b. Laba operasi
Menurut Stice, Stice, dan Skousen (2004:243) “laba operasi mengukur kinerja operasi bisnis fundamental yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan didapat dari laba kotor dikurangi beban operasi”. Laba operasi menunjukkan seberapa efisien dan efektif perusahaan melakukan aktivitas operasinya.
c. Laba sebelum pajak
Laba sebelum pajak menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005:25) merupakan “laba dari operasi berjalan sebelum cadangan untuk pajak penghasilan”.
d. Laba bersih
Laba bersih menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005:25) merupakan “laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan setelah bunga dan pajak”.

2.Pertumbuhan Laba

Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya tergambar dalam laporan rugi laba. Penyajian laba melalui laporan tersebut merupakan focus kinerja perusahaan yang penting. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari serangkaian proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Adapun salah satu parameter penilaian kinerja perusahaan tersebut adalah pertumbuhan laba.
Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba operasional periode sekarang dengan laba operasional periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba operasional pada periode sebelumnya (Warsidi dan Pramuka, 2000).

Pertumbuhan laba dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut.

Pertumbuhan Laba = Laba Operasional Thn t - Laba Operasional Thn t - 1
Laba Operasional Thn t - 1

Menurut Hanafi dan Halim sebagaimana dikutip Haryanti (2007) menyebutkan bahwa pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain:
a.Besarnya perusahaan
Semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi.
b. Umur perusahaan
Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam mengingkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah.
c. Tingkat leverage
Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka manajer cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi ketepatan pertumbuhan laba.
d. Tingkat penjualan
Tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin tinggi tingkat penjualan di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan laba semakin tinggi.
e. Perubahan laba masa lalu
Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa mendatang.

Pertumbuhan laba perusahaan yang baik mencerminkan bahwa kinerja perusahaan juga baik. Oleh karena laba merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan maka semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan mengindisikan semakin baik kinerja perusahaan. Dengan demikian apabila rasio keuangan perusahaan baik, maka pertumbuhan laba perusahaan juga baik.

Menurut Anoraga dan Pakarti dalam Haryanti (2007) ada dua macam analisis untuk menentukan pertumbuhan laba yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.
a. Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan calon investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi milik investor, apakah sehat atau tidak, apakah menguntungkan atau tidak dan sebagainya. Analisis fundamental merupakan analisis historis atas kekuatan keuangan dari suatu perusahaan yang sering disebut dengan company analysis. Data yang digunakan adalah data historis, artinya data yang telah terjadi dan mencerminkan keadaan keuangan yang sebenarnya pada saat analisis. Dalam company analysis para analis akan menganalisis laporan keuangan perusahaan yang salah satunya dengan rasio keuangan. Para analis fundamental mencoba memprediksikan pertumbuhan laba di masa yang akan dating dengan mengestimasi factor-faktor fundamental yang mempengaruhi pertumbuahan laba yang akan datang, yaitu kondisi ekonomi dan kondisi keuangan yang tercermin melalui kinerja perusahaan.
b. Analisis Teknikal
Analisis teknikal sering dipakai oleh investor, dan biasanya data atau catatan pasar yang digunakan berupa grafik. Analisis ini berupaya untuk memprediksi pertumbuhan laba di masa yang akan dating dengan mengamati perubahan laba di masa lalu. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan.

3.Laporan Keuangan
a. Pengertian Laporan Keuangan
Gambaran tentang perkembangan finansial dari suatu perusahaan dapat diperoleh dengan mengadakan analisis atau interprestasi terhadap data finansial dari perusahaan bersangkutan, dimana data finansial itu tercermin didalam laporan keuangan. Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Dengan kata lain, laporan keuangan merupakan laporan yang berisikan sekumpulan informasi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu yang disajikan dalam bentuk laporan sistematis yang mudah dibaca dan dipahami oleh semua pihak yang membutuhkan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan suatu usaha adalah para pemilik perusahaan, manajer perusahaan yang bersangkutan, para kreditur, bankers, para investor dan pemerintah di mana perusahaan tersebut berdomisili, buruh serta pihak-pihak lainnya. Laporan Keuangan dibuat agar dapat digunakan untuk menganalisis kesehatan ekonomi perusahaan.

Menurut IAI (IAI, 2004 : 2) :
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap yang biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana) catatan (notes) dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Laporan keuangan yang disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu. Keadaan inilah yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan. Laporan keuangan beserta pengungkapannya dibuat perusahaan dengan tujuan memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan– keputusan investasi dan pendanaan. Laporan keuangan harus memberikan informasi :
1) untuk keputusan investasi dan kredit,
2) mengenai jumlah dan timing arus kas,
3) mengenai aktiva dan kewajiban,
4) mengenai kinerja perusahaan,
5) mengenai sumber dan penggunaan kas,
6) penjelas dan interpretif, serta
7) untuk menilai stewardship.

b. Komponen-Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen – komponen berikut ini:
1) Neraca
Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan yang terdiri dari daftar aktiva, kewajiban, dan modal perusahaan pada suatu saat tertentu, misalnya pada akhir bulan. Aktiva lancar disajikan menurut ukuran likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya.
2) Laporan laba rugi
Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis mengenai penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Tujuan pokok laporan laba rugi adalah melaporkan kemampuan riil perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Laporan laba rugi perusahan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar.
3) Laporan perubahan ekuitas
Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan yang berisi jumlah dan jenis modal yang dimiliki pada saat ini. Kemudian, laporan ini juga menjelaskan perubahan ekuitas dan sebab-sebab terjadinya perubahan ekuitas di perusahaan.
4) Laporan arus kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang berisi informasi arus kas perusahaan sebagai dasar menilai kemampuan perusahaan dalam menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan dan menggunakan kas. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flow) dari berbagai perusahaan.
5) Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu.
Analisis Laporan Keuangan menyangkut pemeriksaaan keterkaitan angka–angka dalam laporan keuangan dan tren angka –angka dalam beberapa periode, satu tujuan dari analisis laporan keuangan menggunakan kinerja perusahaan yang lalu untuk memperkirakan kejadian akan terjadi dimasa yang akan datang. Hasil dari menganalisis laporan keuangan adalah rasio keuangan berupa angka-angka dan rasio keuangan harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan. Menurut Horne ( 2005 : 234) : “Rasio keuangan adalah alat yang digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan dan kinerja perusahaan”.
Rasio keuangan merupakan salah satu bentuk informasi akuntansi yang penting dalam proses penilaian kinerja perusahaan, sehingga melalui rasio keuangan tersebut dapat digambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu. Hasil perhitungan rasio ini dapat dijadikan tolak ukur untuk menilai tingkat kesehatan perusahaan selama periode keuangan tersebut.

4.Rasio Likuiditas
Menurut Horne (2005 : 206) rasio likuiditas adalah “rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya”. Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan hubungan kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar. Tujuan rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek tepat pada waktunya.

Rasio likuiditas yang umum digunakan antara lain :
a.                  current ratio, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki
current ratio =                     Aktiva Lancar
              Kewajiban jangka pendek

b. quick ratio, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid.
c. cash ratio, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dan yang disimpan dibank.

Dari ketiga jenis rasio likuiditas yang umum digunakan yang telah diuraikan, peneliti memilih current ratio untuk mewakili rasio likuiditas.Current ratio (rasio lancar) berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Jika perusahaan dapat dengan efektif dan efisien dalam menggunakan aktiva lancar yang dimilikinya untuk membayar kewajiban jangka pendek, maka hal tersebut dapat berdampak pada pertumbuhan laba.

5.Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas sering juga disebut leverage ratio. Menurut Horne (2005 : 209) rasio leverage adalah “rasio yang menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh utang”. Rasio ini mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio solvabilitas yang umum digunakan antara lain:

 a. total debt to equity ratio (Rasio Hutang terhadap Ekuitas), merupakan perbandingan antara hutang – hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibanya.

total debt to equity ratio =        Total Hutang
Ekuitas Pemegang Saham
b. total debt to total asset ratio (Rasio Hutang terhadap Total Aktiva )

rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui.

Total debt to equity ratio menunjukkan tingkat solvabilitas suatu perusahaan dan merupakan ukuran tentang tingkat keamanan yang dimiliki oleh para kreditor baik kreditor jangka pendek maupun kreditor jangka panjang apalagi jika hutang-hutang tersebut dijamin dengan ekuitas. Total debt to equity ratio juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh pinjaman yang baru.
Semakin tinggi total debt to equity ratio maka semakin aman posisi
perusahaan dan semakin besar kemampuan perusahaan untuk mencari pinjaman. Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang besar untuk mencari pinjaman maka perusahaan mempunyai kesempatan yang tinggi untuk memperoleh laba dengan memanfaatkan secara optimal pinjaman  tersebut dalam kegiatan usahanya. Akan tetapi jika pinjaman tersebut tidak digunakan seoptimal mungkin, maka semakin besar jumlah modal pinjaman perusahaan akan menyebabkan penurunan laba.

6.Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas disebut juga sebagai ratio rentabilitas. Menurut Horne (2005:222) rasio profitabilitas adalah “rasio yang menghubungkan laba dari penjualan dan investasi “. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan, profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.

Rasio profitabilitas yang umum digunakan antara lain:

a. gross profit margin (margin laba kotor), merupakan perbandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan.
b. net profit margin (margin laba bersih), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan.
c. operating profit margin, merupakan rasio yang menunjukan berapa persen keuntungan operasi perusahaan yang dapat diperoleh oleh perusahaan dari total penjualan yang dilakukan.
operating profit margin=  Laba Bersih
                            Total Aktiva

e. return on equity (pengembalian atas ekuitas), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun saham preferen. Operating profit margin adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan operasi perusahaan Operating profit margin mengukur persentase dari profit yang diperoleh perusahaan dari tiap penjualan sebelum dikurangi dengan biaya bunga dan pajak. Pada umumnya semakin tinggi rasio ini maka perolehan laba akan semakin optimal, khususnya laba operasional dari kegiatan perusahaan bersangkutan.
Tujuan perhitungan rate of return on investment (ROI) adalah untuk mengetahui sampai seberapa jauh aset yang digunakan dapat menghasilkan laba. Laba usaha berarti laba dari kegiatan utama perusahaan. Aktiva operasi adalah aktiva yang dipakai untuk menghasilkan laba usaha tersebut. Dengan kata lain, aset yang dihitung disini hanya aset yang memberikan konstribusi terhadap pencapaian laba usaha. Penyertaan yang biasanya menghasilkan pendapatan lain (di luar laba usaha) tidak dihitung. Demikian halnya dengan aktiva lain-lain. Aktiva lain-lain ada yang berupa aktiva belum selesai atau aktiva tidak operasional. Oleh karena itu juga tidak diikutsertakan dalam pengertian aktiva operasi.

7.Activity Ratio
Activity ratio merupakan alat ukur sejauh mana efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber daya - sumber dayanya. Dari hasil rasio aktivitas ini akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola aset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya. Rasio aktivitas yang umumnya digunakan adalah:
  1. receivable turn over, merupakan rasio yang digunaka untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode.
  2. Inventory turnover, yaitu rasio untuk mengukur efisiensi penggunaan persediaan atau rasio untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan untuk berputar dalam suatu periode tertentu.
inventory turnover =            Harga Pokok Penjualan
Rata - Rata Persediaan

  1. Total assets turnover, yaitu rasio untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva secara keseluruhan.
total assets turnover =         Total Penjualan
Rata - rata Aktiva

Inventory turnover (perputaran persediaan) sangat berguna untuk menghitung nilai penjualan yang dihasilkan perusahaan dari setiap rupiah persediaannya. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup populer untuk menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan. Semakin besar angka yang diperoleh semakin mampu perusahaan menghasilkan penjualan dengan dasar persediaannya. Penjualan dalam hal ini dihubungkan dengan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba.
Total assets turnover merupakan ukuran tentang sampai seberapa jauh aktiva telah dipergunakan di dalam kegiatan perusahaan atau menunjukkan berapa kali aktiva yang digunakan dalam kegiatan operasi berputar dalam satu periode tertentu. Tingginya total assets turnover menunjukkan efektivitas penggunaan harta perusahaan. Semakin efektivitas penggunaan harta perusahaan, maka memungkinkan bagi perusahaan dalam memperoleh laba yang optimal.

C. Dasar Pemikiran
Dalam membicarakan masalah aliran kas, maka tidak terlepas dari masalah likuiditas. Karena diantaranya mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling berkaitan serta tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Kas sebagai salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya dan dapat dipergunakan untuk memiliki barang atau jasa. Disamping itu kas juga dapat digunakan untuk memenuhi segala kewajiban finansial perusahaan yang telah jatuh tempo.
Suatu usaha yang berorientasi ke masa depan untuk mencapai kelayakan bisnisnya harus dapat mempertimbangkan segala aspek yang mungkin akan terjadi, baik dari faktor internal maupun eksternal perusahaan.
Perubahan kondisi yang akan datang mempengaruhi realisasi arus kas yang disebabkan adannya persaingan pasar dan inflasi, yang selanjutnya akan mempengaruhi derajat kemampuan perusahaan untuk merealisir target arus kas yang direncanakan, sehingga perlu diselaraskan guna mendapatkan nilai riilnya.
Ramalan kas jangka panjang merupakan alat yang paling dasar dalam menilai kelayakan suatu usaha perusahaan. Hal ini memberi kemungkinan manajemen untuk melakukan tindakan antisipasi untuk masa depan, antara lain :
1. Menentukan kas yang diperlukan sebagai penahan perubahan aliran kas yang masuk dan keluar
2. Menentukan keamanan aliran kas termasuk kondisi sensitivitasnya
3. Memilih dana yang tepat yang dibutuhkan dalam hubungannya dengan pengembalian dana dalam rangka investasinya
4. Menilai Laba usaha di masa mendatang dengan berpedoman pada aliran kas yang diperoleh perusahaan dalam setiap periodenya
Dengan demikian perhitungan terhadap aliran kas sangatlah penting dilakukan dalam kaitannya dengan kelayakan suatu usaha, karena laba dalam pengertian akuntansi tidaklah sama dengan kas masuk bersihnya yang bagi pengusaha justru lebih penting untuk diketahui. Hal ini mudah dimengerti mengingat hanya dengan kas bersih ini pengusaha dapat melaksanakan pembayaran kewajiban finansialnya.
Meskipun Laba usaha sangat dipengaruhi oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan, namun terlepas dari siapa yang mempengaruhi, tolak ukur dalam Laba usaha tetap terletak pada jumlah kas masuk bersih yang diperoleh dalam setiap periodenya, sehingga dengan menjaga tingkat aliran kas yang stabil akan diperoleh kas masuk bersih yang tinggi dan pada akhirnya dapat digunakan untuk mengembangkan usahanya atau memperluas jaringan usaha sampai perusahaan dapat dikatakan layak beroperasi lebih lanjut untuk masa mendatang.



















BAB III
METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian
Dalam mengidentifikasi variabel - variabel penelitian, maka perlu dikemukakan lebih dahulu tentang pengertian variabel itu sendiri.
Menurut H. Hadari Nawawi dan H. Mimi Martini (1994:49),  “variabel penelitian merupakan himpunan beberapa gejala yang berfungsi sama dalam suatu masalah. Di dalam satu variabel terdapat satu atau lebih gejala yang mungkin pula terdiri dari berbagai aspek atau unsur sebagai bagian yang tidak terpisahkan. Aspek atau unsur itu menentukan fungsi variabel, sehingga salah satu diantaranya pada variabel yang memiliki lebih dari satu aspek atau unsur akan mempengaruhi fungsinya dalam masalah yang diselidiki.”
Dari pengertian di atas, berarti variabel adalah obyek yang diteliti. Variabel - variabel itu selanjutnya diklasifikasikan dan diidentifikasikan secara operasional. Adapun variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Bebas
Variabel bebas menurut Musyafikul Ahmad (1992:16), “variabel bebas adalah variabel yang mempunyai arti penting sebagai stimulus atau sebab bagi variabel lain yang akan diteliti”. Sedangkan menurut pendapat Wisadirana (2005:51), “variabel bebas adalah variabel yang sedang mempengaruhi atau sebagai perubahan variabel lain yang sering disebut juga variabel X”.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel bebas adalah variabel atau unsur yang menentukan atau mempunyai fungsi sebagai sebab variabel, yaitu variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah cash flow atau arus kas.
2. Variabel Terikat
Menurut pendapat Musyafiqul Ahmad (1992:16), ”yang dimaksud variabel terikat adalah variabel yang mempunyai akibat dari stimulus yang ditimbulkan oleh variabel bebas”. Sedangkan pengertian variabel terikat menurut Wisadirana (2005:51), “adalah variabel yang perubahanya sebagai akibat dari variabel bebas atau variabel yang terpengaruh dan sering disebut juga variabel Y”.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel terikat adalah suatu variabel yang kedudukannya selalu mendapatkan pengaruh atau dipengaruhi oleh variabel bebas, dalam hal ini yang menjadi variabel terikatnya adalah Laba usaha.

B. Metode dan Pendekatan Penelitian
Dalam suatu penelitian harus menggunakan metode dan pendekatan agar penelitian dapat terarah. Untuk itu metode dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Metode Penelitian
Suatu penelitian agar dapat berjalan sesuai dengan rencana perlu adanya rancangan terlebih dahulu. Menurut Suharsimi Arikunto (1992:41) menyebutkan bahwa, “metode penelitian mempunyai arti langsung rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti sebagai petunjuk dari kegiatan yang akan dilakukan”.
Adapun metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Expost Facto, Menurut Musyafiqul Ahmad (1998:28), “Ex post Fakto adalah suatu penelitian yang terjadi sebelum penelitian dilakukan, dalam penelitian ini segala sesuatu telah terjadi atau telah ada untuk di ungkapkan”. Adapun data yang akan di ambil adalah laporan keuangan. Alasan menggunakan metode ini adalah karena data variabel - variabelnya pada dasarnya sudah ada atau terjadi maupun pada saat penelitian ini dilakukan, sehingga peneliti tinggal menghimpun data - datanya. Adapun data yang akan diambil adalah laporan keuangan tahun anggaran 2009, terutama laporan neraca dan laporan rugi laba.
2. Pendekatan Penelitian
Sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kuantitatif, yaitu suatu pendekatan dengan mengolah data akuntansi yang berhubungan dengan angka - angka yang selanjutnya akan dianalisis dan dihitung dengan menggunakan rumus Payback Period, ARR, Net Present Value, dan PI.

C. Subyek Penelitian
Penentuan subyek penelitian adalah langkah awal dari suatu penelitian. Adapun pengertian subyek penelitian menurut Sumadi Suryobroto (1991:82) adalah “suatu responden atau individu yang diteliti tanpa memerlukan sampel dan populasi yang mewakili”. Dalam penelitian ini yang menjadi subyeknya yaitu :
1. Bagian Keuangan atau Administrasi
Bagian ini mengadakan kebijaksanaan - kebijaksanaan yang berkaitan dengan administrasi atau keuangan serta bertanggung jawab atas keluar masuknya uang perusahaan. Data yang diperoleh meliputi laporan keuangan berupa neraca dan rugi laba tahun 2007, 2008, dan 2009.

D. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perusahaan jasa Warnet Asnet Kediri yang beralamat di Jl. Sukarno Hatta, Ds. Sukorejo Gg.Mawar No.1 Kediri telp. 085735366666.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dari bulan Juli sampai September 2010. Adapun jadwal penelitian sebagai berikut :


E. Instrumen Penelitian
Di dalam memperoleh data atau mengumpulkan data, menggunakan teknik sebagai berikut :
1. Teknik Observasi
Menurut Husein Umar (1998:87), “observasi adalah metode pengamatan yang menuntun adanya pengamatan dari si peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap obyek yang diteliti dengan menggunakan instrumen berupa pedoman penelitian dalam bentuk lembar pentameter”. Sedangkan menurut Musyafikul A. (1992:27), “observasi adalah merupakan pengumpulan data dengan pengamatan langsung pada obyek penelitian”.
Menurut kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa observasi adalah pengamatan yang dilakukan oleh peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap obyek penelitian. Dalam hal ini penulis melakukan pengumpulan data di mana data yang diperoleh dengan cara pengamatan langsung terhadap obyek masalah yang diteliti guna memperoleh data yang akurat.
2. Teknik Wawancara
Menurut pendapat Moh. Nasir (1999:65), “menyatakan interview adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada responden”. Sedangkan menurut Musyafiqul A. (1992:05), “interview adalah merupakan tanya jawab langsung dengan pihak perusahaan untuk memperoleh data yang ada hubungannya dengan judul penelitian”.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa interview adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab secara langsung yang berfokus pada masalah - masalah yang berkaitan dengan tujuan penelitian.
3. Teknik Dokumentasi
Menurut Musyafiqul A. (1992:56), “dokumentasi adalah tehnik pengumpulan data, keterangan seperti gambar ,bahan referensi atau daftar isi”. Sedangkan menurut Winarno Suracahmad (1998:134), “dokumentasi adalah suatu laporan tertulis dari peristiwa yang isinya terdiri atas penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa yang isinya terdiri dari penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa dan di tulis dengan sengaja untuk menyimpan data dan merumuskan keterangan mengenai peristiwa tersebut.
Dari kedua pendapat di atas disimpulkan bahwa dokumentasi adalah penelitian yang berupa laporan tertulis yang isinya tentang penjelasan peristiwa dan di tulis sengaja untuk merumuskan keterangan mengenai peristiwa. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari atau menggunakan catatan - catatan dan dokumen atau bukti - bukti yang ada di perusahaan. Data yang diperoleh yaitu laporan keuangan berupa neraca dan laporan rugi laba.

F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik mengumpulkan data ada berbagai metode untuk mengumpulkan data dan salah satunya digunakan dalam penelitian ini.
1. Observasi
Menurut Husein Umar (1998:89), obseravasi atau pegamatan ini melibatkan semua indera ( penglihatan, pendengaran, pembau, perasa ). Pencatatan hasil dapat dilakukan dengan bantuan alat rekam elektronik yang kemudian dicatat. Observasi ini dengan metode partisipasi pasif yang secara langsung tidak terlibat dalam kegiatan tersebut tetapi secara terus terang atau tersamar bahwa peneliti sedang melakukan penelitian.
2. Wawancara
Menurut Moh. Nasir (1999:68), metode yang dipakai dalam bentuk semi struktur yang dilakukan secara bebas untuk menemukan masalah, dengan cara mengajukan pertanyaan yang tersusun kemudian satu persatu diperdalam uintuk mengorek keterangan lebih lanjut. Jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel dengan keterangan lengkap dan mendalam.
3. Dokumentasi
Menurut Musyafiqul A. (1992:60), dokumentasi ini tidak sekedar mengumpulkan dan menganalisis atau melaporkan dalam bentuk kutipan - kutipan tentang sejumlah dokumen yang dilaporkan dalam penelitian tetapi juga hasil analisis terhadap dokumen - dokumen tersebut. Dengan metodenya yaitu mencari data mengenai hal - hal yang berhubungan dengan variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, dan lain - lain.    

G. Teknik Analisis Data
Setelah dilakukan pengumpulan data, maka langkah selanjutnya menganalisa data tersebut untuk mengetahui masalah yang ada, mencari sebab dan akibat yang ditimbulkan dari masalah tersebut, serta mencoba mengatasi masalah tersebut dengan berpedoman pada teori yang ada.
Di dalam teknik analisa ini dilakukan pengolahan atau perhitungan data sebagai berikut :
1. Proyeksi pendapatan dan biaya - biaya operasional
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perkiraan jumlah pendapatan dan biaya yang akan terjadi untuk waktu yang akan datang.
Proyeksi pendapatan dengan menggunakan persamaan Y = a + bx
Proyeksi biaya - biaya operasional dengan menggunakan rumus :
     Biaya operasional tahun akhir data laporan    x  100 %
       Pendapatan jasa tahun akhir data laporan

2. Menentukan arus kas bersih dari aktivitas operasional
Berikut ini disajikan skedul laporan arus kas berdasarkan aktivitas operasional menurut Kasmir dan Jakfar (2009:96) :

3. Menentukan kriteria Laba usaha
Penilaian kelayakan ditentukan dengan jangka waktu tingkat pengembalian atau pemulihan investasi. Adapun analisis yang digunakan untuk menegtahui jangka waktu pemulihan investasi menurut Husein Umar (2001:197) :
a. Metode Payback Period
Payback Period =   Nilai Investasi   x 1 tahun
                                Kas masuk bersih

Kriteria penilaian kelayakan dalam metode ini yaitu, dapat dikatakan layak apabila jangka waktu pemulihan modal atau investasi lebih pendek dari pada ketentuan manajemen, dan sebaliknya dikatakan tidak layak apabila jangka waktu pemulihan investasi lebih lama dari ketentuan manajemen.
b. Metode Net Present Value
PVt = At ( i + t ) - t
  Ket : PVt = nilai sekarang dari arus kas periode ke-t
             At = arus kas nominal
               i = tingkat bunga yang diperhitungkan
               t = periode 1,2,3,…t
Kriteria kelayakan periode ini adalah dapat dikatakan layak apabila hasil perhitungannya bertanda positif, dan sebaliknya jika bertanda negatif maka dinyatakan tidak layak.

c. Metode Tingkat Laba Akunting Rata - Rata (ARR)


=                   Annual income                     x 100
   ½ (original invesment + salvage value)


Kriteria kelayakan metode ini apabila rasio laba tersebut bertanda positif, berarti perusahaan berada pada posisi laba atau menguntungkan, sedang apabila bertanda negatif maka dalam keadaan rugi.
d. Profitability Index Method ( PI ) 
PI = TPV
         Io 
     
Keteranagn : PI     = indeks kemampulabaan
                     TPV = nilai sekarang total
                          Io     = nilai sekarang investasi
Kriteria kelayakan pada metode ini dikatakan layak apabila PI > 1 , dan tidak layak jika PI < 1.


A. Penerimaan Kas
Taksiran penjualan :
Taksiran volume penjualan x harga jual                                           Rp xxx
Penjualan aktiva tetap (jika ada)                                                       Rp xxx
Jumlah penerimaan kas                                                                     Rp xxx
B. Pengeluaran Kas
1. Biaya produksi:
Biaya bahan baku                                           Rp xxx
Biaya upah langsung                                      Rp xxx
Biaya umum fabrikasi (selain penyusutan)    Rp xxx
Jumlah biaya produksi                                                     Rp xxx
2. Biaya penjualan                                                                Rp xxx
3. Biaya umum (selain penyusutan)                                     Rp xxx
4. Penyusutan aktiva tetap                                                    Rp xxx
Jumlah beban biaya                                                                         (Rp xxx)
Laba sebelum pajak                          Rp xxx
Biaya pajak                                      (Rp xxx)
Laba sesudah pajak                           Rp xxx
Penyusutan aktiva tetap                    Rp xxx
Arus Kas Bersih Sesudah Pajak                                                                Rp xxx

Kegiatan













PENUTUP

Kesimpulan :




Saran :