BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya
selalu membutuhkan kas yang diperlukan untuk membiayai operasional perusahaan
setiap hari maupun untuk ditanamkan dalam bentuk aktiva baru. Di dalam kas
terdapat dua aliran yaitu cash inflow dan cash outflow. Cash
inflow dapat bersifat tetap (penerimaan dari hasil penjualan tunai,
penerimaan dari piutang dagang, dan lain - lain), dan bersifat tidak tetap
(penerimaan dari hasil penjualan aktiva tetap, penyertaan modal pemilik,
penjualan saham baru, pinjaman dari bank, dan lain - lain). Begitu juga dengan cash
outflow dapat bersifat kontinyu (pembelian secara tunai, pembayaran hutang
dagang, pembayaran gaji pegawai , dan lain - lain), dan yang bersifat tidak
tetap (pembelian aktiva tetap, pembayaran deviden kas, dan lain - lain).
Penerimaan dan pengeluaran kas ini akan terus
berlangsung selama perusahaan menjalankan aktivitasnya. Dengan demikian aliran
kas itu bagaikan darah yang mengalir dalam tubuh manusia selama manusia itu
hidup. Apabila pada aliran darah itu terdapat gangguan maka manusia itu akan
mengalami sakit dan apabila hal itu terus berlanjut akan menyebabkan kematian.
Begitu pula pada perusahaan, bila gangguan pada kas dibiarkan maka akan dapat
menimbulkan kepailitan, karena kegiatan operasional tidak dapat berjalan dengan
lancar.
Perusahaan yang masih tergolong baru, mungkin
pada periode awal akan banyak menderita kerugian akibat kegiatan
operasionalnya. Hal ini disebabkan karena kebutuhan kas yang besar. Dalam periode
berikutnya arus kas mulai memberikan arah positif dan diharapkan pada tahap ini
kas dapat digunakan untuk membayar semua kewajiban finansialnya. Makin besar
saldo kas yang terdapat di perusahaan, maka dimungkinkan perusahaan laba akan usahanya.
Laba perusahaan yang masih baru dapat ditentukan
oleh beberapa faktor, diantaranya adalah arus kas yang cukup tinggi / lancar,
pemilihan lokasi yang tepat, mampu bersaing di pasaran. Faktor yang paling
dominan dalam laba adalah jumlah arus kas yang besar dan setiap periodenya
dapat mengalami peningkatan. Sehingga dengan jumlah kas yang tinggi,
produktifitas juga akan meningkat dan perusahaan akan memperoleh Laba.
Untuk itu seorang manajer keuangan harus dapat
melaksanakan operasional perusahaan dengan jumlah kas yang seefisien mungkin.
Selain itu perusahaan harus mempunyai persediaan uang tunai atau sesuatu yang
dapat segera ditukar dengan uang tunai untuk memenuhi kewajiban - kewajiban
finansialnya yang telah jatuh tempo dan untuk membiayai pengeluaran - pengeluaran
yang tidak terduga.
Besarnya saldo kas menentukan tingkat likuiditas
suatu perusahaan, yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban
finansialnya atas semua hutang lancarnya. Makin besar saldo kas yang terdapat
dalam perusahaan maka tingkat laba akan semakin meningkat, dengan catatan
jumlah hutang lancarnya tetap atau meningkat relatif kecil bila dibandingkan
dengan pertambahan jumlah uang kas. Tetapi perlu diperhatikan bahwa dengan
jumlah uang kas yang tertanam dalam perusahaan sangat besar akan menambah beban
bagi perusahaan, karena sifat kas yang tidak produktif, mudah dipindahkan,
bentuknya kecil, dan selain itu resiko yang cukup besar adalah adanya dana kas
yang menganggur akan memperkecil tingkat profitabilitas perusahaan. Sebaliknya
apabila perusahaan hanya mengejar profitabilitas saja dan berusaha agar semua
dana kas dapat berputar tanpa memperhatikan jumlah saldo kas, maka akan membawa
perusahaan pada situasi mengalami kerugian.
Dalam kondisi yang tidak menguntungkan ini
kemunkinan untuk tetap melanjutkan produksinya akan semakin sulit, dan tidak
mustahil jika perusahaan tersebut akan menghentikan produksinya bahkan
perusahaan bisa jadi gulung tikar.
Karena sudah tidak memenuhi faktor - faktor dan
syarat - syarat dalam laba suatu usaha yang disebabkan adanya cash flow
yang berfluktuasi / berubah - ubah dalam setiap periodenya untuk perusahaan
yang masih baru diharapkan dapat menentukan langkah apa yang akan diambil
selanjutnya agar perusahaan mampu menilai laba usahanya di masa yang akan
datang agar tetap bertahan dan berkembang lebih luas. Berdasarkan hal tersebut,
maka penulis tartarik untuk mengambil judul “Analisis Cash Flow Sebagai Alat
Untuk Menilai Laba pada Warnet Asnet Kediri”.
- Identifikasi Masalah
Dalam suatu perusahaan seorang manajer keuangan
harus dapat melaksanakan operasional perusahaan dengan jumlah kas yang
seefisien mungkin. Selain itu perusahaan harus mempunyai persediaan uang tunai
atau sesuatu yang dapat segera ditukar dengan uang tunai untuk memenuhi
kewajiban - kewajiban finansialnya yang telah jatuh tempo dan untuk membiayai
pengeluaran - pengeluaran yang tidak terduga.
Besarnya saldo kas menentukan tingkat likuiditas
suatu perusahaan, yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban
finansialnya atas semua hutang lancarnya. Makin besar saldo kas yang terdapat
dalam perusahaan maka tingkat kelayakan perusahaan semakin meningkat untuk
mengembangkan usahanya.
Apabila kas keluar lebih kecil dari pada kas
masuk maka perusahaan memperoleh laba, dan sebaliknya apabila kas yang keluar
lebih besar dari pada kas masuk maka akan rugi, apabila hal ini terjadi terus
menerus perusahaan akan menjadi gulung tikar.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka
dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :
- Apakah dengan analisis cash
flow dapat digunakan sebagai alat untuk menilai Laba pada Warnet Asnet
Kediri?
- Cara apa yang akan dilakukan
manajemen agar aliran kas yang ada di perusahaan tetap stabil bahkan
meningkat terus?
C. Batasan Masalah
Laba dalam mengembangkan dan memperluas jaringan
usahanya di masa mendatang sangat dipengaruhi oleh besarnya cash flow
yang diperoleh dalam setiap periodenya. Untuk itu seorang manajemen dituntut
untuk dapat memberikan taksiran cash flow yang ada di perusahaan agar
dapat memberikan keputusan penilaian Laba di masa mendatang.
Sehubungan dengan makin meluasnya masalah yang
berkaitan dengan penilaian Laba di masa mendatang yang ada di perusahaan dan
agar dapat lebih terarah pembahasannya sehingga tidak terjadi salah penafsiran,
selanjutnya penyusunan skripsi ini akan dibatasi pada analisis cash flow
bagi manajemen sebagai alat untuk menilai Laba pada Warnet Asnet Kediri, dan
data yang diambil tahun 2008, 2009, dan 2010.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka
masalah penelitian yang ada adalah “apakah analisis cash flow dapat
digunakan sebagai alat untuk menilai Laba pada Warnet Asnet Kediri?”.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah
yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah analisis cash flow dapat digunakan sebagai alat untuk
menilai Laba pada Warnet Asnet Kediri.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dan pemecahan masalah serta merealisasikan tujuan yang
telah dikemukakan di atas. Oleh karena itu penelitian dan penyusunan skripsi
ini memiliki banyak manfaat, antara lain:
1. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan
pengalaman serta penerapan ilmu pengetahuannya dalam dunia usaha yang berkaitan
dengan cash flow yang ada di perusahaan untuk mencapai tingkat laba
usaha.
2. Bagi Perusahaan
a. Dapat membantu perusahaan dalam manajemen kas yang efektif dan
efisien.
b. Memberikan informasi pada perusahaan mengenai pengaruh kas
terhadap tingkat likuditas untuk memperoleh kelayakan meneruskan usahanya.
c. Sebagai bahan pertimbangan atau masukan dalam pengambilan
keputusan mengenai cash flow atau aliran kas untuk menilai laba usaha di
masa yang akan datang.
3. Bagi Lembaga
Dapat digunakan untuk menambah perbendaharaan
kelengkapan perpustakaan dan tambahan referensi tentang analisis cash flow
sebagai alat untuk menilai laba usaha, terutama mereka yang akan melakukan
penelitian dengan obyek yang sama.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Cash Flow
1. Pengertian Kas
Kas mempunyai kedudukan yang paling penting
dalam menjalankan operasional perusahaan. Setiap transaksi baik transaksi
pembelian maupun transaksi penjualan lebih banyak berhubungan dengan kas,
sehingga kas mempunyai sifat terpenting apabila dibandingkan dengan aktiva
lainnya. Untuk mengetahui masalah kas perlu diketahui apa yang dimaksud dengan
kas. Para ahli memberikan definisi yang berbeda - beda namun mempunyai
pengertian yang sama.
Menurut Zaki Baridwan (1992:85) :
Kas adalah aktiva yang tidak produktif oleh
karena itu harus dijaga supaya jumlah kas tidak terlalu besar sehingga tidak
ada “idle cash“. Kas adalah alat pertukaran yang dapat diterima untuk pelunasan
hutang dan dapat untuk disetorkan ke bank dengan jumlah sebesar nilai
nominalnya, juga simpanan di bank atau tempat lain yang sewaktu - waktu dapat
diambil.
Menurut Bambang Riyanto (1995:94) :
Kas adalah salah satu unsur modal kerja yang
paling tinggi likuiditasnya. Makin besar jumlah kas yang ada di dalam
perusahaan berarti perusahaan mempunyai resiko lebih kecil untuk tidak dapat
memenuhi kewajiban finansialnya.
Sedangkan menurut Soegeng Soetedjo (1987:69),
kas adalah uang kas atau item yang segera dapat digunakan oleh perusahaan
sebagai alat pembayaran yang setiap saat dapat digunakan sesuai nominalnya.
Dari pengertian tersebut di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa kas merupakan salah satu unsur modal kerja yang mempunyai
tingkat likuiditas paling tinggi bila dibandingkan yang lainnya. Oleh karena
itu perusahaan dalam menggunakan kas perlu adanya suatu pertimbangan mendetail
agar tidak mengganggu likuiditasnya. Selain itu kas merupakan alat tukar
menukar, karena dalam opersionalnya hampir semua transaksi berhubungan dengan
kas baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Pengertian Cash Flow
Dalam suatu perusahaan arus kas memilki kedudukan yang sangat penting,
sebab pengeluaran dan penerimaan hasil operasional perusahaan yang akan datang
selalu dinyatakan dalm bentuk arus kas.
Penilaian kelayakan suatu usaha juga didasarkan
atas perbandingan arus kas masuk dan arus kas keluar dan bukannya dalam wujud
laba menurut pandangan akuntansi.
Tujuan utama dari perusahaan adalah adanya
perkembangan usahanya untuk masa yang akan datang, untuk itu bagian manajemen
dituntut agar mampu melakukan pendugaan arus kas di masa yang akan datang
tersebut dengan cermat dan tepat. Jika taksiran arus kas yang akan datang
tersebut akurat, maka kesimpulan yang ditarik berdasarkan data arus kas yang
dinyatakan juga akan menjadi akurat pula. Demikian pula sebaliknya, jika arus
kas yang diestimasikan tidak cermat, maka keputusan yang diambil berdasarkan
data arus kas yang dinyatakan itu juga turut menjadi tidak akurat pula, dan
pada gilirannya akan mempengaruhi Laba dan pertumbuhan perusahaan di masa
mendatang.
Yang menjadi pertanyaaan sekarang, apakah arus
kas itu?. Beberapa pendapat tentang arus kas yang dikemukakan oleh para ahli
dalam buku Penilaian Kelayakan Rencana Modal karangan Salim Basalamah, Murdifin
Haming, dan Syafri Syam (1994:42), yaitu :
Menurut Graham Mott (1985), menyatakan “bahwa
istilah arus kas biasa digunakan untuk menjelaskan laporan keuangan, yaitu laba
operasi setelah dikurangi dengan pajak dan pembayaran deviden, dengan
menambahkan kembali beban penyusutan untuk tahun yang bersangkutan”.
Menurut Lerner (1971), “arus kas adalah
pertambahan atau peningkatan jumlah kas yang dihasilakan melalui kegiatan
operasi selama waktu tertentu, terdiri atas laba sesudah pajak ditambah dengan
jumlah penyusutan, sedangkan rekening utang dan harta tetap tidak berubah”.
Dari kedua definisi tersebut di atas, dapat
disimpulkan bahwa arus kas adalah bertambahnya jumlah kas dari hasil kegiatan
operasi yang berupa laba yang ditambahkan beban penyusutan kemudian dikurangi
dengan pajak.
Arus kas sesudah pajak dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal perusahaan. Faktor internal terutama berkaitan denagn
efisiensi yang ada dalam perusahaan. Sedangkan faktor eksternal sangat erat
kaitannya dengan faktor ketidakpastian di masa mendatang, serta adanya faktor
inflasi. Sehubungan dengan itu dalam estimasi arus kas, faktor ketidakpastian
dan faktor inflasi ini harus diperhitungkan dengan cermat dan teliti untuk
menghindari kepailitan dikemudian hari.
Laporan manajemen tentang arus kas mempunyai
arti penting dalam penilaian kelayakan suatu usaha, sebab laporan arus kas
tersebut akan menjadi bahan pertimbangan dan tolak ukur dalam penilaian
terhadap Labadi masa mendatang.
Untuk menentukan jumlah kas yang harus
dipertahankan oleh suatu perusahaan, belum ada standart rasio yang bersifat
umum. Namun dapat dipakai suatu cara untuk membandingkan jumlah penjualan netto
dengan rata - rata kas yang akan menentukan tingkat perputaran kas ( cash
turn over ). Semakin tinggi tingkat perputaran kas semakin baik, karena
makin tinggi tingkat efisiensi penggunaan kasnya. Akan tetapi perputaran kas
yang terlalu tinggi juga tidak baik, karena hal ini berarti jumlah kas yang
tersedia terlalu kecil. Pada kas terdapat safety cash balance (
persediaan besi kas ).
Adapun persediaan besi kas menurut Bambang
Riyanto (1995:95), “adalah jumlah minimum dari kas yang harus dipertahankan
oleh perusahaan agar dapat memenuhi kewajiban finansialnya sewaktu - waktu”.
Persediaan besi ini merupakan unsur permanen
dari kas. Besarnya persediaan besi ini antara perusahaan satu dengan yang lain
berbeda.
Adapun yang mempengaruhi besar kecilnya
persediaan besi kas menurut Bambang Riyanto (1995:96) :
a. Pertimbangan antara aliran kas masuk dengan aliran kas keluar.
Adanya pertimbangan yang baik mengenai kuantitas
maupun timing antara cash inflow dengan cash outflow dalam suatu
perusahaan yang berarti bahwa pengeluaran kas baik mengenai jumlahnya maupun
mengenai waktunya akan dapat dipenuhi dari penerimaan kasnya. Sehingga perusahaan
tidak perlu mempunyai persediaan besi kas yang besar.
b. Penyimpangan terhadap aliran kas yang diperkirakan.
Penyimpangan yang dimaksud adalah penyimpangan
yang merugikan dalam aliran kas masuk misalnya terjadi karena kegagalan untuk
memenuhi kewajiban finansialnya. Perusahaan yang sering mengalami penyimpangan
yang merugikan dalam aliran kasnya perlu mempertahankan adanya persediaan besi
kas yang relatif besar.
c. Adanya hubungan yang baik dengan pihak bank - bank.
Adanya hubungan baik dengan lembaga - lembaga
keuangan khususnya dengan bank, akan sangat penting artinya bagi perusahaan.
Apabila mempunyai hubungan baik dengan bank akan mempermudah untuk mendapatkan
kredit dalam menghadapi kesulitan finansialnya.
3. Klasifikasi Cash Flow
Arus kas yang ada di perusahaan dapat
diklasifikasikan ke dalam berbagai macam penggolongan menurut dari sudut mana
arus kas tersebut akan diamati.
Menurut Salim Basalamah, Murdifin Haming, Syafri Syam (1994:49):
A. Klasifikasi arus kas menurut jenis transaksi
Dilihat dari sudut pandang ini, arus kas dibedakan ke dalam arus
kas masuk (cash inflow) dan arus kas keluar (cash outflow).
1. Arus kas masuk (cash inflow)
Arus kas masuk yaitu arus kas yang terjadi
akibat kegiatan operasional yang ada pada perusahaan yang dapat menghasilakan
keuntungan atau laba. Menurut
Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield (1995:270) penerimaan
kas dapat berasal dari:
a. Kas yang ditagih dari pelanggan (mencakup para lessee /
penyewa)
b. Bunga dan deviden yang diterima.
c. Penerimaan kas operasi lainnya, jika ada.
Sedangkan arus kas masuk menurut Salim Basalamah, Murdifin Haming,
Syafri Syam (1994:49) ada tiga macam, yaitu :
a. Penerimaan hasil penjualan keluaran (revenue)
b. Penerimaan hasil penjualan aktiva tetap yang disisihkan dari
penggunaan, dan
c. Nilai sisa proyek, yaitu nilai aktiva tetap yang diterima
kembali pada akhir usia ekonomis.
Namun unsur yang paling utama di dalam arus kas
masuk hanya penerimaan hasil penjualan produknya saja.
2. Arus kas keluar (cash outflow)
Arus kas keluar yang menyebabkan berkurangnya
jumlah kas yang ada pada perusahaan, misalnya biaya produksi, biaya
administrasi, serta biaya pajak atau arus kas yang mengakibatkan beban
pengeluaran kas. Contoh pengeluaran arus kas menurut Donald E. Kieso, Jerry J.
Weygandt, dan Terry D. Warfield (2002:397):
a. Kas yang dibayarkan kepada karyawan dan pemasok atas barang
serta jasa yang diterima ( termasuk pemasok asuransi, iklan, dan lain - lain ).
b. Bunga yang dibayarkan
c. Pajak penghasilan yang dibayar
d. Pembayaran kas operasi lainnya, jika ada.
Sedangkan menurut Salim Basalamah, Murdifin Haming, Syafri Syam
(1994:49) yang termasuk arus kas keluar, yaitu :
a. Pengeluaran investasi
Yaitu beban pengeluaran kas untuk membelanjai kegiatan pembangunan
b. Pengeluaran investasi baru
Yaitu beban pengeluaran kas yang bertujuan untuk membiayai
keperluan investasi baru, seperti keperluan ekspansi, peningkatan efisiensi
proses produksi
c. Pengeluaran operasi
Yaitu pengeluaran kas untuk membelanjai kegiatan operasi perusahaan.
d. Pengeluaran non operasi
Yaitu pengeluaran kas untuk membiayai kegiatan non operasi,
seperti biaya manajemen, biaya riset, biaya pajak, cicilan pinjaman, beban
bunga.
B. Klasifikasi arus kas menurut sifatnya
Menurut Salim Basalamah, Murdifin Haming, dan Syafri Syam
(1994:50) membagi penggolongan arus kas menurut sifatnya menjadi tiga, antara
lain :
1. Arus kas bruto
Yaitu arus penerimaan kas total sebelum
diperhitungkan beban pengeluaran kas (gross benefit). Arus kas ini juga
disebut arus kas kotor.
2. Arus kas bersih
Yaitu arus kas bruto setelah dikurangi beban
arus kas keluar, berupa biaya operasional dan biaya administrasi.
3. Arus kas bersih sesudah pajak
Yaitu arus kas bersih setelah diperhitungkan
pajak kemudian ditambah penyusutan aktiva tetap.
Untuk mendapatkan nilai arus kas bersih sesudah pajak dapat
digunakan suatu bagan arus kas menurut Salim Basalamah, Murdifin Haming, Syafri
Syam (1994:43) :
laba bersih sesudah pajak (EAT) dihitung menurut prinsip akuntansi
:
NICF = EAT + Depreciation ( 1 - t ) x Interest
Keterangan :
NICF = arus kas bersih sesudah pajak
EAT = laba bersih sesudah pajak (Earning After Tax)
Depreciation = penyusutan
t = tingkat pajak
Interest = bunga
C. Klasifikasi kas menurut saat terjadinya
Menurut Salim Basalamah, Murdifin Haming, Syafri
Syam (1994:50) mengklasifikasikan arus kas menurut saat terjadinya menjadi :
1. Arus kas inisial (Initial cash flow)
Arus kas yang terjadi pada awal kegiatan
operasional dan yang terjadi hanya arus kas keluar saja. Hal ini disebabkan
karena baru dimulainya kegiatan operasional perusahaan, sehingga sering disebut
initial cash out flow.
2. Arus kas berjalan (intermediate cash flow)
Arus kas yang terjadi selama kegiatan
operasional berlangsung, yaitu sejak dimulaianya proses produksi sampai
menghasilkan keluaran. Pada saat ini yang terjadi adalah arus kas keluar dan
arus kas masuk.
3. Arus kas terminal (terminal cash flow)
Yaitu arus kas yang terjadi pada akhir kegiatan
sehingga pada tahap ini yang terjadi adalah adanya arus kas masuk yang
diperoleh dari penjualan produknya dan modal kerja.
4. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Arus Kas
Kelayakan suatu usaha untuk kelangsungan hidup
perusahaan untuk masa yang akan datang dapat dinilai menurut arus kas yang
diestimasikan pada saat sekarang, yaitu evaluasi kelayakan yang dilakukan oleh
manajemen. Oleh karena itu arus kas yang dipergunakan sebagai landasan
kebijaksanaan dalam mengembangkan usahanya atau menutup usahanya berdasarkan
estimasi arus kas pada periode yang akan datang. Maka manajemen harus dapat
memperhitungkan berbagai macam faktor yang memiliki dampak terhadap perubahan
arus kas dalam waktu yang akan datang.
Menurut Salim Basalamah, Murdifin Haming, Syafri
Syam (1994:51) menyebutkan bahwa faktor - faktor yang mempengaruhi arus kas
tersebut dapat terbagi dalam dua faktor, yaitu :
1. Faktor internal
Faktor internal perusahaan yang memiliki dampak
kepada arus kas ialah yang berkenaan dengan efisiensi kegiatan perusahaan
seperti:
a. Produktifitas tenaga kerja
b. Faktor teknis tenaga produksi
c. Tata letak bangunan
d. Metode produksi yang digunakan
e. Kualitas manajerial
2. Faktor eksternal
a. Faktor ketidakpastian
b. Faktor inflasi
Dalam memprediksi dan mentargetkan arus kas yang
dicapai pertahun mungkin tidak akan pernah menemukan kecocokan dengan yang
dianggarkan. Karena dalam setiap tahun selalu mengalami perubahan dalam segala
hal baik dari dalam perusahaan atau dari luar perusahaan. Estimasi terhadap
arus kas yang berorientasi kemasa mendatang, sedangkan di masa mendatang penuh
dengan ketidakpastian dan tidak terduga sebelumnya, sehingga akan mempengaruhi
keakuran estimasi arus kas. Karena nilai uang untuk periode yang akan datang
selalu berubah tergantung kebijaksanaan moneter dan faktor inflasi yang pasti
terjadi. Dimana pada saat itu semua nilai dari uang mengalami pergantian harga
yang cenderung akan mengalami peningkatan nilai mata uang. Sebagai akibatnya
arus kas yang dilaporkan akan memiliki perbedaan dengan nilai nyatanya.
Untuk itu di dalam menilai dan menaksir target
arus kas yang akan datang, manajemen harus membuat estimasi anggaran arus kas
tersebut dengan memperhatikan faktor internal dan faktor eksternal, guna
mendapatkan estimasi arus kas yang tidak muluk - muluk (over estimasi).
Sehingga pada gilirannya dalam beroperasi dapat tercapai efisiensi dan
keefektifan yang kemudian dapat tercipta suatu kondisi seperti yang dikemukakan
oleh Salim Basalamah, Murdifin Haming, Syafri Syam (1994:52) :
a. Tepat jumlah (sesuai volume yang dianggarkan)
b. Tepat mutu (sesuai desain yang telah ditentukan)
c. Tepat biaya (sesuai dengan rancangan harga pokok yang
dianggarkan)
d. Tepat waktu (segalanya sesuai dengan skedul yang sudah disusun)
5. Budget Kas
Menurut Alex S. Nitisemito (1994:111), “budget
kas adalah ramalan tentang pemasukan dan pengeluaran kas untuk masa - masa yang
akan datang sehingga dapat diketahui kapan akan terjadi defisit”.
Menurut Indriyo Gitosudarmo (1986:129), “budget
kas adalah merupakan ramalan ke depan terhadap posisi kas untuk periode
tertentu. Perusahaan sering membuat rencana - rencana jangka pendek dan jangka
panjang terhadap kebutuhan finansialnya, rencana - rencana jangka pendek harus
dikoordinasikan dengan rencana - rencana jangka pendek lainnya”.
Sedangkan menurut Bambang Riyanto (1995:97),
“budget kas adalah estimasi terhadap posisi kas untuk suatu periode tertentu
yang akan datang”.
Dari definisi tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa anggaran kas
atau budget kas merupakan gambaran aliran kas yang akan dibutuhkan di masa yang
akan datang pada periode tertentu. Perlu diketahui bahwa budget kas, operasinya
dipisahkan dengan transaksi usaha. Transaksi usaha adalah transaksi yang dapat
menimbulkan penerimaan dan pengeluaran, serta terjadinya ini disebabkan oleh
adanya usaha untuk memperbaiki posisi kas.
Budget merupakan suatu rencana perusahaan untuk
jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. Budget merupakan salah satu
pendekatan formal dan sistematis dari pelaksanaan dan tanggung jawab manajemen
dalam pelaksanaannya. Dalam perusahaan yang cukup besar pimpinan harus
mendelegasikan penyusunan budget walaupun tanggung jawab terakhir tetap berada
ditangan pimpinan, dan bagian yang menangani budget ini berkedudukan sebagai
staf.
Berkaitan dengan masalah di atas maka penyusunan
budget kas merupakan fase yang vital dalam manajemen yang harus didasarkan pada
perkiraan dan perhitungan yang matang, baik mengenai penerimaan atau
pengeluaran.
Budget kas berfungsi sebagi alat untuk mengendalikan dan dapat
sebagai kontrol terhadap pelaksanaan dari rencana yang telah digariskan oleh
manajemen. Jadi budget kas ini sebagai pedoman dalam pemberian arah, tetapi
tidak dapat mencegah adanya penyimpangan.
Beberapa variasi dalam menyusun budget kas
menurut Syafaruddin Alwi (1993:30):
1. Cash Inflow
Bagian pertama ini mengidentifikasikan sumber -
sumber penerimaan, jumlah dan waktu dari semua cash inflow yang
diantisipasikan ke dalam setiap periode. Periode boleh disusun dalam hari,
bulan atau tahun. Penerimaan kas dihasilkan dari:
a. Penjualan tunai dan kredit
b. Penjualan aktiva tetap
c. Pendapatan bunga
d. Pendapatan sewa
e. Serta pendapatan lainnya
2. Cash Outflow
Bagian kedua dari budget kas pengidentifikasian
semua cash outflow yang diantisipasikan, antara lain :
a. Pembelian tunai, seperti bahan baku, alat - alat atau aktiva
b. Pembayaran hutang - hutang atau bunga
c. Pembayaran gaji dan upah
d. Asuransi, pajak serta biaya - biaya operasi
e. Pembayaran deviden
f. Serta pengeluaran lainnya
6. Laporan Arus Kas
Menurut WIT
dan Erhans (2000:42), “laporan arus kas adalah laporan yang memuat
informasi yang mengenai ringkasan penerimaan dan pengeluaran kas suatu badan
usaha yang terjadi selama satu periode, seperti satu bulan, atau satu semester,
atau satu tahun.”
Sedangkan menurut Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt, dan Terry D.
Warfield (2002:372), “menyatakan bahwa laporan arus kas melaporkan penerimaan
kas, pembayaran kas, dan perubahan bersih kas dari kegiatan operasi, investasi,
serta pembiayaan perusahaan selama suatu periode, dalam bentuk yang dapat
merekonsiliasikan saldo kas awal dan akhir”.
Laporan arus kas berguna karena dapat memberikan
jawaban tentang hal - hal yang berkaitan dengan perubahan saldo kas selama
periode tertentu dan untuk memahami apa yang terjadi terhadap sumber daya
perusahaan yang paling lancar, yaitu kas. Informasi yang diperoleh dalam suatu
laporan arus kas menurut Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt, dan Terry D.
Warfield (2002:373) akan berguna untuk investor, kreditur dan pihak lain untuk
menilai :
a. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas bersih di masa
depan.
b. Kemampuan perusahaan untuk membayar deviden dan memenuhi
kewajibannya.
c. Penyebab perbedaan antara laba bersih dan arus kas bersih dari
kegiatan operasi.
d. Transaksi investasi dan pembiayaan yang melibatkan kas dan non
kas selama suatu periode.
Laporan arus kas mengklasifikasikan penerimaan
kas dan pengeluaran kas menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
Karakteristik transaksi dan peristiwa lainnya dari setiap jenis kegiatan dalam
laporan kas menurut Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield
(2002:374) adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan operasi
Melibatkan pengaruh kas dari transaksi yang
dilibatkan dalam penentuan laba bersih, seperti penerimaan kas dari penjualan
barang dan jasa, serta pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan untuk
memperoleh persediaan serta membayar beban.
b. Kegiatan investasi
Melibatkan aktiva jangka panjang dan mencakup :
1. Pemberian serta penagihan pinjaman.
2. Perolehan serta pelepasan investasi dan aktiva jangka panjang.
c. Kegiatan pembiayaan
Melibatkan pos - pos kewajiban dan ekuitas
pemilik serta mencakup:
1. Perolehan kas dari kreditur dan pembiayaan kembali pinjaman.
2. Perolehan modal dari pemilik dan pemberian tingkat pengembalian
atas, dan pengembalian dari, investasinya.
Penentuan arus kas bersih dari aktivitas operasi
menurut Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield (2002:379)
dapat dilakukan dengan metode langsung dan tidak langsung.
a. Metode langsung
Metode langsung ( juga disebut metode laporan
laba - rugi ) melaporkan penerimaan kas dan pengeluaran kas dari kegiatan
operasi secara singkat dapat dilakukan seperti contoh berikut :
Kas yang diterima dari pendapatan Rp xxx
Kas yang dibayarkan untuk beban (Rp xxx)
Laba sebelum pajak penghasilan Rp xxx
Kas yang dibayarkan untuk pajak penghasilan (Rp xxx)
Kas bersih yang diterima dari kegiatan operasi Rp xxx
b. Metode tidak langsung
Dimulai dengan laba bersih dan mengubahnya
menjadi arus kas bersih dari kegiatan operasi. Dengan kata lain metode tidak
langsung menyesuaikan laba bersih dari pos - pos yang mempengaruhi pelaporan
laba bersih, tetapi tidak mempengaruhi kas.
Laba bersih Rp xxx
Penyesuaian untuk merekonsiliasi laba bersih terhadap
kas bersih yang diterima kegiatan operasi :
Kenaikan piutang usaha (Rp xxx)
Kenaikan hutang usaha Rp xxx
(Rp xxx)
Kas bersih yang diterima dari kegiatan operasi Rp xxx
Dalam penyusunan laporan arus kas banyak
diperlukan informasi - informasi yang berkaitan didalamnya. Sumber - sumber
informasi untuk laporan arus kas menurut Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt,
dan Terry D. Warfield (2002:389), antara lain:
a. Neraca perusahaan menyediakan informasi dasar untuk
menyiapkan laporan arus kas.
b. Analisis atas akun laba ditahan
c. Laporan arus kas mencakup seluruh perubahan yang mengakibatkan
kas atau menimbulkan kenaikan atau penurunan kas
d. Penghapusan, pembebanan amortisasi atau penyusutan aktiva
pabrik, dianggap baik sebagai arus kas masuk atau keluar karena tidak
berpengaruh terhadap kas.
Adapun masalah - masalah khusus didalam penyusunan laporan arus
kas yang ditimbulkan dari penyusunan laporan menurut Donald E. Kieso, Jerry J.
Weygandt, dan Terry D. Warfield (2002:398) dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Penyesuaian yang mirip dengan penyusutan
b. Piutang usaha (bersih)
c. Perubahan modal kerja
d. Rugi bersih
e. Keuntungan
f. Opsi saham
g. Biaya tunjangan pensiun
h. Pos - pos luar biasa
i. Transaksi non kas yang berarti
B.
LABA
Indikator
kinerja dari suatu perusahaan adalah laba, karena tujuan utama dari kegiatan
operasional yang dijalankan oleh perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba
secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang
timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan
pendapatan tersebut. Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan sangat
bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya.
Menurut Harahap (2005:263) :
laba merupakan angka yang penting dalam laporan
keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar dalam
perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan
keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan
lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian
efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian
prestasi atau kinerja perusahaan.
Belkaoui dalam Chariri dan Ghozali (2000:214)
menyebutkan bahwa, Laba memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai
berikut:
a. Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi
b. Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi
perusahaan pada periode tertentu.
c. Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman
khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan.
d. Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis
yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu.
e. Laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching)
antara pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan
tersebut.
Laba terdiri dari empat elemen utama yaitu
pendapatan (revenue), beban (expense), keuntungan (gain),
dan kerugian (loss). Defenisi dari elemen-elemen laba tersebut telah
dikemukakan oleh Financial Accounting Standard Board dalam Stice,
Stice dan Skousen (2004 : 230).
a. Pendapatan (revenue) adalah arus masuk atau peningkatan
lain dari aktiva suatu entitas atau pelunasan kewajibannya (atau kombinasi dari
keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau
aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang
dilakukan entitas tersebut.
b. Beban (expense) adalah arus keluar atau penggunaan lain
dari aktiva atau timbulnya kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan
atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas lain
yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas
tersebut.
c.Keuntungan (gain) adalah peningkatan dalam ekuitas
(aktiva bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali
dari suatu entitas dan dari semua transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang
mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau
investasi pemilik.
d.Kerugian (loss) adalah penurunan dalam ekuitas (aktiva
bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu
entitas dan dari semua transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang
mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau
investasi pemilik. Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar
keuangan yang memiliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks.
Laba umumnya
dipandang sebagai suatu dasar bagi :
a.Pembuatan kebijakan dividen dan penahanan laba suatu perusahaan
b.Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu investasi dan pedoman
pengambilan keputusan.
c. Laba dipandang sebagai suatu peralatan prediktif yang membantu
dalam peramalan laba mendatang dan peristiwa ekonomi yang akan
datang.
Secara umum laba
diklasifikasikan atas empat jenis, yaitu:
a.Laba kotor
Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005:120)
laba kotor merupakan “pendapatan dikurangi harga pokok penjualan”. Apabila
hasil penjualan barang dan jasa tidak dapat menutupi beban yang langsung
terkait dengan barang dan jasa tersebut atau harga pokok penjualan, maka akan
sulit bagi perusahaan tersebut untuk bertahan.
b. Laba operasi
Menurut Stice, Stice, dan Skousen (2004:243)
“laba operasi mengukur kinerja operasi bisnis fundamental yang dilakukan oleh
sebuah perusahaan dan didapat dari laba kotor dikurangi beban operasi”. Laba
operasi menunjukkan seberapa efisien dan efektif perusahaan melakukan aktivitas
operasinya.
c. Laba sebelum pajak
Laba sebelum pajak menurut Wild, Subramanyam,
dan Halsey (2005:25) merupakan “laba dari operasi berjalan sebelum cadangan untuk
pajak penghasilan”.
d. Laba bersih
Laba bersih menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005:25)
merupakan “laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan setelah bunga dan
pajak”.
2.Pertumbuhan Laba
Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan
biaya tergambar dalam laporan rugi laba. Penyajian laba melalui laporan
tersebut merupakan focus kinerja perusahaan yang penting. Kinerja perusahaan
merupakan hasil dari serangkaian proses dengan mengorbankan berbagai sumber
daya. Adapun salah satu parameter penilaian kinerja perusahaan tersebut adalah
pertumbuhan laba.
Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba operasional
periode sekarang dengan laba operasional periode sebelumnya kemudian dibagi
dengan laba operasional pada periode sebelumnya (Warsidi dan Pramuka, 2000).
Pertumbuhan laba dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai
berikut.
Pertumbuhan Laba = Laba Operasional Thn t - Laba Operasional Thn t - 1
Laba
Operasional Thn t - 1
Menurut Hanafi dan Halim sebagaimana dikutip
Haryanti (2007) menyebutkan bahwa pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa factor
antara lain:
a.Besarnya perusahaan
Semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan
pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi.
b. Umur perusahaan
Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki
pengalaman dalam mengingkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah.
c. Tingkat leverage
Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang
tinggi, maka manajer cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi
ketepatan pertumbuhan laba.
d. Tingkat penjualan
Tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi,
semakin tinggi tingkat penjualan di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan
laba semakin tinggi.
e. Perubahan laba masa lalu
Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin
tidak pasti laba yang diperoleh di masa mendatang.
Pertumbuhan laba perusahaan yang baik
mencerminkan bahwa kinerja perusahaan juga baik. Oleh karena laba merupakan
ukuran kinerja dari suatu perusahaan maka semakin tinggi laba yang dicapai
perusahaan mengindisikan semakin baik kinerja perusahaan. Dengan demikian
apabila rasio keuangan perusahaan baik, maka pertumbuhan laba perusahaan juga
baik.
Menurut Anoraga dan Pakarti dalam Haryanti
(2007) ada dua macam analisis untuk menentukan pertumbuhan laba yaitu analisis
fundamental dan analisis teknikal.
a. Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan analisis yang
berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan
calon investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang
nantinya menjadi milik investor, apakah sehat atau tidak, apakah menguntungkan
atau tidak dan sebagainya. Analisis fundamental merupakan analisis historis
atas kekuatan keuangan dari suatu perusahaan yang sering disebut dengan
company analysis. Data yang digunakan adalah data historis, artinya data
yang telah terjadi dan mencerminkan keadaan keuangan yang sebenarnya pada saat
analisis. Dalam company analysis para analis akan menganalisis laporan
keuangan perusahaan yang salah satunya dengan rasio keuangan. Para analis
fundamental mencoba memprediksikan pertumbuhan laba di masa yang akan dating
dengan mengestimasi factor-faktor fundamental yang mempengaruhi pertumbuahan
laba yang akan datang, yaitu kondisi ekonomi dan kondisi keuangan yang
tercermin melalui kinerja perusahaan.
b. Analisis Teknikal
Analisis teknikal sering dipakai oleh investor,
dan biasanya data atau catatan pasar yang digunakan berupa grafik. Analisis ini
berupaya untuk memprediksi pertumbuhan laba di masa yang akan dating dengan
mengamati perubahan laba di masa lalu. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang
berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan.
3.Laporan Keuangan
a. Pengertian Laporan Keuangan
Gambaran tentang perkembangan finansial dari
suatu perusahaan dapat diperoleh dengan mengadakan analisis atau interprestasi
terhadap data finansial dari perusahaan bersangkutan, dimana data finansial itu
tercermin didalam laporan keuangan. Laporan keuangan adalah hasil dari proses
akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data
keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan
dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Dengan kata lain, laporan
keuangan merupakan laporan yang berisikan sekumpulan informasi keuangan
perusahaan dalam suatu periode tertentu yang disajikan dalam bentuk laporan
sistematis yang mudah dibaca dan dipahami oleh semua pihak yang membutuhkan.
Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan suatu
usaha adalah para pemilik perusahaan, manajer perusahaan yang bersangkutan,
para kreditur, bankers, para investor dan pemerintah di mana perusahaan
tersebut berdomisili, buruh serta pihak-pihak lainnya. Laporan Keuangan dibuat
agar dapat digunakan untuk menganalisis kesehatan ekonomi perusahaan.
Menurut IAI (IAI, 2004 : 2) :
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses
pelaporan keuangan yang lengkap yang biasanya meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai
cara, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana) catatan (notes)
dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan.
Laporan keuangan yang disusun secara baik dan
akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau
prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu.
Keadaan inilah yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan. Laporan keuangan
beserta pengungkapannya dibuat perusahaan dengan tujuan memberikan informasi
yang berguna untuk pengambilan keputusan– keputusan investasi dan pendanaan.
Laporan keuangan harus memberikan informasi :
1) untuk keputusan investasi dan kredit,
2) mengenai jumlah dan timing arus kas,
3) mengenai aktiva dan kewajiban,
4) mengenai kinerja perusahaan,
5) mengenai sumber dan penggunaan kas,
6) penjelas dan interpretif, serta
7) untuk menilai stewardship.
b. Komponen-Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen – komponen berikut
ini:
1) Neraca
Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi
keuangan perusahaan yang terdiri dari daftar aktiva, kewajiban, dan modal
perusahaan pada suatu saat tertentu, misalnya pada akhir bulan. Aktiva lancar
disajikan menurut ukuran likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut
urutan jatuh temponya.
2) Laporan laba rugi
Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang
sistematis mengenai penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu
perusahaan selama periode tertentu. Tujuan pokok laporan laba rugi adalah
melaporkan kemampuan riil perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Laporan
laba rugi perusahan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur
kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar.
3) Laporan perubahan ekuitas
Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan yang
berisi jumlah dan jenis modal yang dimiliki pada saat ini. Kemudian, laporan
ini juga menjelaskan perubahan ekuitas dan sebab-sebab terjadinya perubahan
ekuitas di perusahaan.
4) Laporan arus kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang berisi
informasi arus kas perusahaan sebagai dasar menilai kemampuan perusahaan dalam
menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan dan menggunakan kas. Informasi
arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan
setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan
membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flow)
dari berbagai perusahaan.
5) Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan merupakan laporan
yang memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukan
penjelasan tertentu.
Analisis Laporan Keuangan menyangkut
pemeriksaaan keterkaitan angka–angka dalam laporan keuangan dan tren angka
–angka dalam beberapa periode, satu tujuan dari analisis laporan keuangan
menggunakan kinerja perusahaan yang lalu untuk memperkirakan kejadian akan
terjadi dimasa yang akan datang. Hasil dari menganalisis laporan keuangan
adalah rasio keuangan berupa angka-angka dan rasio keuangan harus dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan. Menurut Horne ( 2005 : 234) : “Rasio keuangan
adalah alat yang digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan dan kinerja
perusahaan”.
Rasio keuangan merupakan salah satu bentuk
informasi akuntansi yang penting dalam proses penilaian kinerja perusahaan,
sehingga melalui rasio keuangan tersebut dapat digambarkan kondisi keuangan
suatu perusahaan maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu
periode tertentu. Hasil perhitungan rasio ini dapat dijadikan tolak ukur untuk
menilai tingkat kesehatan perusahaan selama periode keuangan tersebut.
4.Rasio Likuiditas
Menurut Horne (2005 : 206) rasio likuiditas
adalah “rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya”. Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan hubungan
kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar. Tujuan rasio ini untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek
tepat pada waktunya.
Rasio likuiditas
yang umum digunakan antara lain :
a.
current ratio, merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki
current ratio
= Aktiva
Lancar
Kewajiban
jangka pendek
b. quick ratio, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva
yang lebih likuid.
c. cash ratio, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dan yang
disimpan dibank.
Dari ketiga jenis rasio likuiditas yang umum
digunakan yang telah diuraikan, peneliti memilih current ratio untuk
mewakili rasio likuiditas.Current ratio (rasio lancar) berguna untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan
aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Jika perusahaan dapat dengan
efektif dan efisien dalam menggunakan aktiva lancar yang dimilikinya untuk membayar
kewajiban jangka pendek, maka hal tersebut dapat berdampak pada pertumbuhan
laba.
5.Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas sering juga disebut
leverage ratio. Menurut Horne (2005 : 209) rasio leverage adalah
“rasio yang menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh utang”. Rasio ini
mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang
dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk
mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio
solvabilitas yang umum digunakan antara lain:
a. total debt to equity
ratio
(Rasio Hutang terhadap Ekuitas), merupakan perbandingan antara hutang – hutang
dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri
perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibanya.
total debt to equity ratio
= Total Hutang
Ekuitas Pemegang Saham
b. total debt to total asset ratio (Rasio Hutang
terhadap Total Aktiva )
rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang
jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui.
Total debt to equity ratio menunjukkan tingkat
solvabilitas suatu perusahaan dan merupakan ukuran tentang tingkat keamanan
yang dimiliki oleh para kreditor baik kreditor jangka pendek maupun kreditor
jangka panjang apalagi jika hutang-hutang tersebut dijamin dengan ekuitas.
Total debt to equity ratio juga menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk memperoleh pinjaman yang baru.
Semakin tinggi
total debt to equity ratio maka semakin aman posisi
perusahaan dan semakin besar kemampuan perusahaan untuk mencari
pinjaman. Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang besar untuk mencari
pinjaman maka perusahaan mempunyai kesempatan yang tinggi untuk memperoleh laba
dengan memanfaatkan secara optimal pinjaman tersebut dalam kegiatan usahanya. Akan tetapi jika pinjaman
tersebut tidak digunakan seoptimal mungkin,
maka semakin besar jumlah modal pinjaman perusahaan
akan menyebabkan penurunan laba.
6.Rasio
Profitabilitas
Rasio profitabilitas disebut juga sebagai ratio
rentabilitas. Menurut Horne (2005:222) rasio profitabilitas adalah “rasio yang
menghubungkan laba dari penjualan dan investasi “. Rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan,
profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan
aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.
Rasio profitabilitas yang umum digunakan antara lain:
a. gross profit margin (margin laba kotor), merupakan perbandingan
antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok penjualan dengan tingkat
penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah
penjualan.
b. net profit margin (margin laba bersih), merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan
volume penjualan.
c. operating profit margin, merupakan rasio yang menunjukan berapa persen
keuntungan operasi perusahaan yang dapat diperoleh oleh perusahaan dari total
penjualan yang dilakukan.
operating profit margin=
Laba Bersih
Total Aktiva
e. return on equity (pengembalian atas ekuitas), merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan
keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun saham preferen.
Operating profit margin adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan operasi perusahaan Operating
profit margin mengukur persentase dari profit yang diperoleh perusahaan
dari tiap penjualan sebelum dikurangi dengan biaya bunga dan pajak. Pada
umumnya semakin tinggi rasio ini maka perolehan laba akan semakin optimal,
khususnya laba operasional dari kegiatan perusahaan bersangkutan.
Tujuan perhitungan rate of return on investment (ROI)
adalah untuk mengetahui sampai seberapa jauh aset yang digunakan dapat
menghasilkan laba. Laba usaha berarti laba dari kegiatan utama perusahaan.
Aktiva operasi adalah aktiva yang dipakai untuk menghasilkan laba usaha
tersebut. Dengan kata lain, aset yang dihitung disini hanya aset yang
memberikan konstribusi terhadap pencapaian laba usaha. Penyertaan yang biasanya
menghasilkan pendapatan lain (di luar laba usaha) tidak dihitung. Demikian
halnya dengan aktiva lain-lain. Aktiva lain-lain ada yang berupa aktiva belum
selesai atau aktiva tidak operasional. Oleh karena itu juga tidak
diikutsertakan dalam pengertian aktiva operasi.
7.Activity Ratio
Activity ratio merupakan alat ukur sejauh mana efektivitas perusahaan dalam
menggunakan sumber daya - sumber dayanya. Dari hasil rasio aktivitas ini akan
terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola aset yang
dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya. Rasio aktivitas yang umumnya
digunakan adalah:
- receivable turn over, merupakan rasio yang
digunaka untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode
atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu
periode.
- Inventory turnover, yaitu rasio untuk mengukur
efisiensi penggunaan persediaan atau rasio untuk mengukur kemampuan dana
yang tertanam dalam persediaan untuk berputar dalam suatu periode tertentu.
inventory
turnover = Harga
Pokok Penjualan
Rata - Rata Persediaan
- Total assets turnover, yaitu rasio untuk
mengukur efisiensi penggunaan aktiva secara keseluruhan.
total
assets turnover = Total
Penjualan
Rata - rata Aktiva
Inventory turnover (perputaran
persediaan) sangat berguna untuk menghitung nilai penjualan yang dihasilkan
perusahaan dari setiap rupiah persediaannya. Rasio ini merupakan indikasi yang
cukup populer untuk menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa
baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan. Semakin besar
angka yang diperoleh semakin mampu perusahaan menghasilkan penjualan dengan
dasar persediaannya. Penjualan dalam hal ini dihubungkan dengan kemampuan
perusahaan untuk memperoleh laba.
Total assets turnover merupakan ukuran
tentang sampai seberapa jauh aktiva telah dipergunakan di dalam kegiatan
perusahaan atau menunjukkan berapa kali aktiva yang digunakan dalam kegiatan
operasi berputar dalam satu periode tertentu. Tingginya total assets
turnover menunjukkan efektivitas penggunaan harta perusahaan. Semakin
efektivitas penggunaan harta perusahaan, maka memungkinkan bagi perusahaan
dalam memperoleh laba yang optimal.
C. Dasar Pemikiran
Dalam membicarakan masalah aliran kas, maka tidak
terlepas dari masalah likuiditas. Karena diantaranya mempunyai hubungan yang
sangat erat dan saling berkaitan serta tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lainnya. Kas sebagai salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat
likuiditasnya dan dapat dipergunakan untuk memiliki barang atau jasa. Disamping
itu kas juga dapat digunakan untuk memenuhi segala kewajiban finansial
perusahaan yang telah jatuh tempo.
Suatu usaha yang berorientasi ke masa depan
untuk mencapai kelayakan bisnisnya harus dapat mempertimbangkan segala aspek
yang mungkin akan terjadi, baik dari faktor internal maupun eksternal
perusahaan.
Perubahan kondisi yang akan datang mempengaruhi
realisasi arus kas yang disebabkan adannya persaingan pasar dan inflasi, yang
selanjutnya akan mempengaruhi derajat kemampuan perusahaan untuk merealisir
target arus kas yang direncanakan, sehingga perlu diselaraskan guna mendapatkan
nilai riilnya.
Ramalan kas jangka panjang merupakan alat yang paling dasar dalam
menilai kelayakan suatu usaha perusahaan. Hal ini memberi kemungkinan manajemen
untuk melakukan tindakan antisipasi untuk masa depan, antara lain :
1. Menentukan kas yang diperlukan sebagai penahan perubahan aliran
kas yang masuk dan keluar
2. Menentukan keamanan aliran kas termasuk kondisi sensitivitasnya
3. Memilih dana yang tepat yang dibutuhkan dalam hubungannya
dengan pengembalian dana dalam rangka investasinya
4. Menilai Laba usaha di masa mendatang dengan berpedoman pada
aliran kas yang diperoleh perusahaan dalam setiap periodenya
Dengan demikian perhitungan terhadap aliran kas
sangatlah penting dilakukan dalam kaitannya dengan kelayakan suatu usaha,
karena laba dalam pengertian akuntansi tidaklah sama dengan kas masuk bersihnya
yang bagi pengusaha justru lebih penting untuk diketahui. Hal ini mudah
dimengerti mengingat hanya dengan kas bersih ini pengusaha dapat melaksanakan
pembayaran kewajiban finansialnya.
Meskipun Laba usaha sangat dipengaruhi oleh
pihak internal maupun eksternal perusahaan, namun terlepas dari siapa yang
mempengaruhi, tolak ukur dalam Laba usaha tetap terletak pada jumlah kas masuk
bersih yang diperoleh dalam setiap periodenya, sehingga dengan menjaga tingkat
aliran kas yang stabil akan diperoleh kas masuk bersih yang tinggi dan pada
akhirnya dapat digunakan untuk mengembangkan usahanya atau memperluas jaringan
usaha sampai perusahaan dapat dikatakan layak beroperasi lebih lanjut untuk
masa mendatang.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
Dalam mengidentifikasi variabel - variabel
penelitian, maka perlu dikemukakan lebih dahulu tentang pengertian variabel itu
sendiri.
Menurut H. Hadari Nawawi dan H. Mimi Martini
(1994:49), “variabel penelitian
merupakan himpunan beberapa gejala yang berfungsi sama dalam suatu masalah. Di
dalam satu variabel terdapat satu atau lebih gejala yang mungkin pula terdiri
dari berbagai aspek atau unsur sebagai bagian yang tidak terpisahkan. Aspek
atau unsur itu menentukan fungsi variabel, sehingga salah satu diantaranya pada
variabel yang memiliki lebih dari satu aspek atau unsur akan mempengaruhi
fungsinya dalam masalah yang diselidiki.”
Dari pengertian di atas, berarti variabel adalah
obyek yang diteliti. Variabel - variabel itu selanjutnya diklasifikasikan dan
diidentifikasikan secara operasional. Adapun variabel yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah :
1. Variabel Bebas
Variabel bebas menurut Musyafikul Ahmad
(1992:16), “variabel bebas adalah variabel yang mempunyai arti penting sebagai
stimulus atau sebab bagi variabel lain yang akan diteliti”. Sedangkan menurut
pendapat Wisadirana (2005:51), “variabel bebas adalah variabel yang sedang
mempengaruhi atau sebagai perubahan variabel lain yang sering disebut juga
variabel X”.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel bebas
adalah variabel atau unsur yang menentukan atau mempunyai fungsi sebagai sebab
variabel, yaitu variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
bebasnya adalah cash flow atau arus kas.
2. Variabel Terikat
Menurut pendapat Musyafiqul Ahmad (1992:16),
”yang dimaksud variabel terikat adalah variabel yang mempunyai akibat dari
stimulus yang ditimbulkan oleh variabel bebas”. Sedangkan pengertian variabel
terikat menurut Wisadirana (2005:51), “adalah variabel yang perubahanya sebagai
akibat dari variabel bebas atau variabel yang terpengaruh dan sering disebut
juga variabel Y”.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel terikat
adalah suatu variabel yang kedudukannya selalu mendapatkan pengaruh atau
dipengaruhi oleh variabel bebas, dalam hal ini yang menjadi variabel terikatnya
adalah Laba usaha.
B. Metode dan Pendekatan Penelitian
Dalam suatu penelitian harus menggunakan metode
dan pendekatan agar penelitian dapat terarah. Untuk itu metode dan pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Metode Penelitian
Suatu penelitian agar dapat berjalan sesuai
dengan rencana perlu adanya rancangan terlebih dahulu. Menurut Suharsimi
Arikunto (1992:41) menyebutkan bahwa, “metode penelitian mempunyai arti
langsung rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti sebagai petunjuk dari
kegiatan yang akan dilakukan”.
Adapun metode penelitian yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah Expost Facto, Menurut Musyafiqul Ahmad (1998:28), “Ex
post Fakto adalah suatu penelitian yang terjadi sebelum penelitian dilakukan,
dalam penelitian ini segala sesuatu telah terjadi atau telah ada untuk di
ungkapkan”. Adapun data yang akan di ambil adalah laporan keuangan. Alasan
menggunakan metode ini adalah karena data variabel - variabelnya pada dasarnya
sudah ada atau terjadi maupun pada saat penelitian ini dilakukan, sehingga
peneliti tinggal menghimpun data - datanya. Adapun data yang akan diambil
adalah laporan keuangan tahun anggaran 2009, terutama laporan neraca dan
laporan rugi laba.
2. Pendekatan Penelitian
Sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan
adalah pendekatan deskriptif kuantitatif, yaitu suatu pendekatan dengan
mengolah data akuntansi yang berhubungan dengan angka - angka yang selanjutnya
akan dianalisis dan dihitung dengan menggunakan rumus Payback Period, ARR,
Net Present Value, dan PI.
C. Subyek Penelitian
Penentuan subyek penelitian adalah langkah awal
dari suatu penelitian. Adapun pengertian subyek penelitian menurut Sumadi
Suryobroto (1991:82) adalah “suatu responden atau individu yang diteliti tanpa
memerlukan sampel dan populasi yang mewakili”. Dalam penelitian ini yang
menjadi subyeknya yaitu :
1. Bagian Keuangan atau Administrasi
Bagian ini mengadakan kebijaksanaan - kebijaksanaan yang berkaitan
dengan administrasi atau keuangan serta bertanggung jawab atas keluar masuknya
uang perusahaan. Data yang diperoleh meliputi laporan keuangan berupa neraca
dan rugi laba tahun 2007, 2008, dan 2009.
D. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perusahaan jasa Warnet Asnet Kediri
yang beralamat di Jl. Sukarno Hatta, Ds. Sukorejo Gg.Mawar No.1 Kediri telp.
085735366666.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dari bulan Juli sampai
September 2010. Adapun jadwal penelitian sebagai berikut :

E. Instrumen Penelitian
Di dalam memperoleh data atau mengumpulkan data, menggunakan
teknik sebagai berikut :
1. Teknik Observasi
Menurut Husein Umar (1998:87), “observasi adalah
metode pengamatan yang menuntun adanya pengamatan dari si peneliti baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap obyek yang diteliti dengan menggunakan
instrumen berupa pedoman penelitian dalam bentuk lembar pentameter”. Sedangkan
menurut Musyafikul A. (1992:27), “observasi adalah merupakan pengumpulan data dengan
pengamatan langsung pada obyek penelitian”.
Menurut kedua pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa observasi adalah pengamatan yang dilakukan oleh peneliti baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap obyek penelitian. Dalam hal ini penulis
melakukan pengumpulan data di mana data yang diperoleh dengan cara pengamatan
langsung terhadap obyek masalah yang diteliti guna memperoleh data yang akurat.
2. Teknik Wawancara
Menurut pendapat Moh. Nasir (1999:65),
“menyatakan interview adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan
secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada responden”. Sedangkan
menurut Musyafiqul A. (1992:05), “interview adalah merupakan tanya jawab
langsung dengan pihak perusahaan untuk memperoleh data yang ada hubungannya
dengan judul penelitian”.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa interview adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab secara
langsung yang berfokus pada masalah - masalah yang berkaitan dengan tujuan
penelitian.
3. Teknik Dokumentasi
Menurut Musyafiqul A. (1992:56), “dokumentasi
adalah tehnik pengumpulan data, keterangan seperti gambar ,bahan referensi atau
daftar isi”. Sedangkan menurut Winarno Suracahmad (1998:134), “dokumentasi
adalah suatu laporan tertulis dari peristiwa yang isinya terdiri atas
penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa yang isinya terdiri dari penjelasan
dan pemikiran terhadap peristiwa dan di tulis dengan sengaja untuk menyimpan
data dan merumuskan keterangan mengenai peristiwa tersebut.
Dari kedua pendapat di atas disimpulkan bahwa
dokumentasi adalah penelitian yang berupa laporan tertulis yang isinya tentang
penjelasan peristiwa dan di tulis sengaja untuk merumuskan keterangan mengenai
peristiwa. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari atau
menggunakan catatan - catatan dan dokumen atau bukti - bukti yang ada di
perusahaan. Data yang diperoleh yaitu laporan keuangan berupa neraca dan
laporan rugi laba.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik mengumpulkan data ada berbagai
metode untuk mengumpulkan data dan salah satunya digunakan dalam penelitian
ini.
1. Observasi
Menurut Husein Umar (1998:89), obseravasi atau
pegamatan ini melibatkan semua indera ( penglihatan, pendengaran, pembau,
perasa ). Pencatatan hasil dapat dilakukan dengan bantuan alat rekam elektronik
yang kemudian dicatat. Observasi ini dengan metode partisipasi pasif yang
secara langsung tidak terlibat dalam kegiatan tersebut tetapi secara terus
terang atau tersamar bahwa peneliti sedang melakukan penelitian.
2. Wawancara
Menurut Moh. Nasir (1999:68), metode yang
dipakai dalam bentuk semi struktur yang dilakukan secara bebas untuk menemukan
masalah, dengan cara mengajukan pertanyaan yang tersusun kemudian satu persatu
diperdalam uintuk mengorek keterangan lebih lanjut. Jawaban yang diperoleh bisa
meliputi semua variabel dengan keterangan lengkap dan mendalam.
3. Dokumentasi
Menurut Musyafiqul A. (1992:60), dokumentasi ini
tidak sekedar mengumpulkan dan menganalisis atau melaporkan dalam bentuk
kutipan - kutipan tentang sejumlah dokumen yang dilaporkan dalam penelitian
tetapi juga hasil analisis terhadap dokumen - dokumen tersebut. Dengan
metodenya yaitu mencari data mengenai hal - hal yang berhubungan dengan
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, dan lain - lain.
G. Teknik Analisis Data
Setelah dilakukan pengumpulan data, maka langkah
selanjutnya menganalisa data tersebut untuk mengetahui masalah yang ada,
mencari sebab dan akibat yang ditimbulkan dari masalah tersebut, serta mencoba
mengatasi masalah tersebut dengan berpedoman pada teori yang ada.
Di dalam teknik analisa ini dilakukan pengolahan
atau perhitungan data sebagai berikut :
1. Proyeksi pendapatan dan biaya - biaya operasional
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perkiraan jumlah
pendapatan dan biaya yang akan terjadi untuk waktu yang akan datang.
Proyeksi pendapatan dengan menggunakan persamaan Y = a + bx
Proyeksi biaya - biaya operasional dengan menggunakan rumus :
Biaya operasional tahun
akhir data laporan x 100 %
Pendapatan jasa tahun
akhir data laporan
2. Menentukan arus kas bersih dari aktivitas operasional
Berikut ini disajikan skedul laporan arus kas berdasarkan aktivitas
operasional menurut Kasmir dan Jakfar (2009:96) :
3. Menentukan kriteria Laba usaha
Penilaian kelayakan ditentukan dengan jangka waktu tingkat
pengembalian atau pemulihan investasi. Adapun analisis yang digunakan untuk
menegtahui jangka waktu pemulihan investasi menurut Husein Umar (2001:197) :
a. Metode Payback Period
Payback Period = Nilai Investasi x 1 tahun
Kas masuk bersih
Kriteria penilaian kelayakan dalam metode ini yaitu, dapat
dikatakan layak apabila jangka waktu pemulihan modal atau investasi lebih
pendek dari pada ketentuan manajemen, dan sebaliknya dikatakan tidak layak
apabila jangka waktu pemulihan investasi lebih lama dari ketentuan manajemen.
b. Metode Net Present Value
PVt = At ( i + t ) - t
Ket : PVt = nilai sekarang
dari arus kas periode ke-t
At = arus kas
nominal
i = tingkat bunga yang diperhitungkan
t = periode
1,2,3,…t
Kriteria kelayakan periode ini adalah dapat dikatakan layak
apabila hasil perhitungannya bertanda positif, dan sebaliknya jika bertanda
negatif maka dinyatakan tidak layak.
c. Metode Tingkat Laba Akunting Rata - Rata (ARR)
= Annual
income x 100
½ (original invesment +
salvage value)
Kriteria kelayakan metode ini apabila rasio laba tersebut bertanda
positif, berarti perusahaan berada pada posisi laba atau menguntungkan, sedang
apabila bertanda negatif maka dalam keadaan rugi.
d. Profitability Index Method ( PI )
PI = TPV
Io
Keteranagn : PI = indeks
kemampulabaan
TPV =
nilai sekarang total
Io = nilai sekarang investasi
Kriteria kelayakan pada metode ini dikatakan layak apabila PI >
1 , dan tidak layak jika PI < 1.
A. Penerimaan Kas
Taksiran penjualan :
Taksiran volume penjualan x harga jual Rp xxx
Penjualan aktiva tetap (jika ada)
Rp xxx
Jumlah penerimaan kas
Rp xxx
B. Pengeluaran Kas
1. Biaya produksi:
Biaya bahan baku Rp
xxx
Biaya upah langsung Rp xxx
Biaya umum fabrikasi (selain penyusutan) Rp xxx
Jumlah biaya produksi
Rp xxx
2. Biaya penjualan
Rp xxx
3. Biaya umum (selain penyusutan) Rp xxx
4. Penyusutan aktiva tetap
Rp xxx
Jumlah beban biaya
(Rp xxx)
Laba sebelum pajak Rp xxx
Biaya pajak (Rp xxx)
Laba sesudah pajak Rp xxx
Penyusutan aktiva tetap Rp xxx
Arus Kas Bersih Sesudah Pajak
Rp xxx
Kegiatan
PENUTUP
Kesimpulan :
Saran :